Imad (merah) siap-siap beradu |
Awal tahun 1436 Hijriah kemarin kami mendapati moment istimewa. Tak kalah istimewa dengan moment di GSG Salman saat mendampingi Si Teteh, hari Jum’at sebelumnya. Kali ini golden moment itu sebuah kebersamaan saat menyaksikan Imad, anak kedua kami, bertarung Tae Kwon Do di GOR Adiarsa Karawang.
Hari itu Imad berseragam Tae Kwon Do sabuk kuning strip
hijau. Kelas Kadet under 43 kg. Pada turnamen Karawang Open yang diikuti klub Tae Kwon Do se Jawa itu. Imad bernaung di klub Perkasa Tae-Kwon-Do Club (PTC) Ada juga peserta
dari Sulawesi dan Lampung. Imad dan kawan-kawan akan menjajal keberanian dan
skil bela diri asal Korea itu.
Dhiya, Uki dan Nafisa ikut menyaksikan. Jadi supporter dari
balkon. Saya biarkan mereka saksikan kakak laki-lakinya itu beradu. Membanting
tulang dalam pengertian sebenarnya, karena senjata utamanya adalah tendangan
kaki. Tentu akan berbenturan. Seperti dibanting-banting. Akhirnya kaki Imad
memang bengkak. Pada pertandingan pertama yang tidak sempat kami saksikan, Imad
ternyata menang. Sehingga berlanjut ke tanding kedua.
Saat adu tendang |
Pada pertadingan kedua ini, awalnya berlangsung seru. Saya
sangat menikmati gerakan-gerakan Imad yang lincah. Sepertinya kaki masih
terbawa gaya karate. Di tengah pertandingan, saya lihat ada jeda. Imad
mengalami sesak nafas, sehingga harus dibantu obat semprot. Imad memang punya
asma. Tapi ini tak menyurutkan Imad untuk tetap aktif di beberapa kegiatan olah
raga. Walapun beberapa kali asma-nya kumat saat kondisi badan terlalu capek.
Pertandingan masih berlanjut. Sayangnya, terjadi insiden
ketika skor 2-4. Imad memang masih tertinggal. Saat adu kejar skor itu, bagian
bawahnya terkena tendangan. Imad terhuyung dan kemudian terkapar di lantai. Lantas
ditandu ke pinggir lapangan guna penanganan lebih lanjut. Wasit akhirnya memutuskan
Imad tidak bisa melanjutkan pertandingan. Terang saja kami khawatir. Apalagi
Sang Bunda. Amat tidak tega lihat kejadian itu. SAya agak lega karena kata
petugas, “Nggak apa-apa. Biasa Pak”. Setelah
dianggap pulih, walau masih meringis Imad kembali ke balkon bergabung bersama
rombongan.
Imad terkapar |
ditandu ke pinfgir lapangan |
Melihat Imad dengan peluh di sekujur tubuh, sambil meringis
kesakitan, dan berair mata menjadikan kami terharu sangat. Perjuangannya
terlihat berat. Kalau hari sebelumnya saya dan Sang Bunda menyertai Si Teteh di
Gedung Serba Guna Salman ITB Bandung dengan kemasan acara yang bernuansa
intelektual dan religious. Dalam acara yang dikemas secara rapi, bersih dan penuh
kemeriahan. Kali ini giliran menyertai Imad yang berpeluh, banting tulang dan
air mata. Di ruangan yang riuh rendah penuh teriakan dan suara tendangan yang
mengenai body protector. Permainan khas laki-laki, memang. Walaupun atlet putri juga cukup banyak.
Selain di lapangan, perjuangan mereka juga saat menunggu
giliran. Pertandingannya cuma 15 menit. Tapi menunggunya bisa seharian. Bahkan
ada yang mendapat giliran bertarung malam hari. Ini karena harus mengatur 500-an
peserta dalam kelas berbeda dengan fasilitas tiga lapangan.
Saya juga harus acungkan jempol buat Ustad Deni yang mendampingi
anak-anak selama keikutsertaan di turnamen ini. Beliau rela tiga hari full tidak pulang ke pondok. Memang benar, yang berperan membentuk anak-anak kita tak hanya orang tua. Ada lingkungan dan teman-teman mereka. Di pondok, para guru praktis menggantikan peran pengasuhan orang tua.. Mereka layak disampaikan salam takzim. Semoga Allah memberi balasan berlipat. Aamiin
Horeee... dapat perunggu! |
Minggu malam, kami dapat kabar dari Ust Deni. Imad dapat
medali perunggu. Secara keseluruhan SMPQ Al Hafidh memperoleh dua perak dan enam perunggu. Medali perak pertama diraih oleh siswi puteri. Alhamdulillah, bagi Imad ini medali pertama sejak menekuni bela diri sejak Sekolah Dasar. Tentu
kejutan dan hadiah yang menyenangkan.
Ust. Deni (kiri-baju merah) bersama para jagoan dari SMPQ Al Hafidh |
Imad, anakku… juga kawan-kawan Imad lainnya, semoga medali yang diraih itu jadi pemicu
prestasi di kehidupan yang lebih luas. Tak meraih medalipun tak mengapa. Keberanian untuk tampil sudah merupakan pelatihan tersendiri. Kelak kalian akan mengerti apa manfaat dari kegiatan seperti ini...
Karawang, 2 Muharam 1436H
Karawang, 2 Muharam 1436H
No comments:
Post a Comment