Oleh : Ust. Uri Mashuri.
Pendahuluan
Salah satu karunia
Allah yang sangat penting, yang dianugrahkan kepada manusia adalah kemampuan
berbicara. Dengan kemampuan itu menusia mampu mengekspresikan siapa dirinya dan
juga mengekspresikan apa-apa yang hidup dalam jiwanya baik perasaan, pikiran
maupun kemauannya.
Retorika adalah ilmu dan seni berbicara untuk mengungkapkan
isi jiwa. Adalah Corax penduduk Syracuse sebuah koloni
Yunani di pulau Sicilia yang disebut-sebut sebagai perintis peletak
dasar retorika dengan makalahnya yang berjudul “ Techne Logon “ – seni kata-kata - yang membantu rakyatnya untuk mendapatkan
kembali tanahnya yang dikuasai para
tiran. Retorika itulah yang dipakai untuk meyakinkan para juri di pengadilan.
Ini terjadi kira-kira pada tahun 465 sM. Sejak itu retorika berkembang dan
merupakan satu ilmu yang sangat digandrungi dan disegani di zaman keemasa
falsafat Yunani dan Romawi.
Aristoteles menyatakan
bahwa, retorika tidak lain dari pada “ kemampuan untuk menentukan, dalam
kejadian tertentu dan siatuasi tertentu, metode persuasi yang ada “. Dalam hal
ini pembicara merumuskan tujuan, mengumpulkan bahan yang sesuai dengan
kebutuhan khalayak. Aristoteles menyebut
tiga faktor untuk mempengaruhi manusia :
-
Pertama
ethos, yaitu kesanggupan untuk menunjukkan kepada khalayak bahwa ia memiliki
pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya serta status yang patut
dihormati
-
Kedua
pthos, yaitu kemampuan menyentuh hati khalayak, perasaan, harapan,kebencian
serta kasih-sayang mereka.
-
Ketiga
logos, yaitu kemampuan untuk meyakinkan khalayak dengan berbagai bukti atau
kelihatan sebagai bukti yang menjadi sasaran adalah otak khalayak yang dihadapi.
Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Banyak orang menduga
bahwa kepaandaian berbicara merupakan bakat yang dibawa sejak lahir. Padahal
kemampuan berbicara adalah keterampilan yang dapat diperoleh dengan
latihan-latihan, asal mampu melawan dirinya dari kecemasan berkomunikasi,
setiap orang dapat berbicara dengan baik di hadapan khalayak.
Pembicara yang baik
bagaikan memperlihatkan panorama yang indah, orang akan merasa sayang bila melewatkan begitu saja panorama yang indah lewat di matanya.
Demikian juga pembicara yang baik orang akan merasa sayang jika kata-katanya
dilewatkan begitu saja. Retorika dapat disebut juga sebagai ilmu menundukkan
orang dengan bahasa. Seseorang kelihatan lebih menonjol bila memiliki kemampuan
beretorika.
“ Cara berbicara yang
baik mempertinggi kepribadian anda “ demikian kata Robert J. Lumsden. “ Suka
atau tidak, orang akan menilai anda melalui suara dan kwalitas berbicara anda “
lanjutnya.
Membaca sastra,
mendengar musik yang bagusd, menghayati seni drama sangat membantu menolong
meningkatkan kwalitas berbicara. Sastra
akan memperkaya hazanah bahasa dan kata-kata, musik menghantarkan kita pada
penghayatan ritme dan harmoni, seni drama mempertajam penghayatan serta
kefasihan gerak dan mimik, ditambah olah raga untuk memberi kesehatan, kekuatan
serta memelihara kebugaran fisik.
Orang akan bosan
mendengar pembicara yang monoton, suara tidak jelas, berbelit-belit, terlalu
cepat karena gugup, ragu-ragu dan sangat
lambat karena tidak percaya diri. Sebaliknya orang akan senang mendengar pembicara yang jelas, lugas, segar dengan
sisipan-sisipan humor serta tidak keluar dari inti masalah yang dibicarakan.
Ketulusan serta keramahan akan menambah pesona tersendiri pada setiap
pembicaraan. Hindari sarkasme, sinisme, ketidaksabaran, kemarahan serta
kesombongan, karena semua itu membuat suara menjadi kasar, getir kaku serta tak
bernyawa.
Beberapa petunjuk Agama tentang
Retorika
Islam adalah agama
dakwah, dimanapun berada dan siapapun dia , di pundaknya terpikul kewajiban
untuk berdakwah, salah satunya adalah da’wah billisan – dengan ucapan dan
kata-kata disamping dakwah bi hal – dakwah dengan perbuatan.
-
“ Siapakah yang paling baik tutur katanya,
kecuali tutur kata yang mengajak ke jalan Allah, dan beramal shaleh dan ia
menegaskan : “ Sesungguhnya aku termasuk yang sepenuhnya berserah diri kepada
Allah. “ Fusilat 33
-
“ Tidaklah sama cara-cara yang baik dengan
cara-cara yang buruk “ Fushilat 34
-
“ Pertahankanlah – kebenaran itu – dengan cara
yang lebih baik – dari cara-cara yang digunakan orang lain -, dengan demikian
seseorang yang – tadinya – bermusuhan denganmu, akan menjadi sahabatmu yang
kareib. “ Fushilat 34
-
“ Berilah mereka nasihat dan berbicaralah
kepada mereka dengan pembicaraan yang menyentuh hati – jiwa – mereka “ An Nisa 63
-
“ Sesungguhnya dalam kemampuan bicara yang
baik itu – seperti – ada sihirnya “ H.R. Imam Bukkhari.
Begitu besar perhatian Islam terhadap penggunaan lisan, diakui sebagai
alat komunikasi yang besar pengaruhnya.
Nabi sendiri adalah seorang seorang pembicara yang baik
dan fasih, ucapannya pendek tapi dalam maknanya, menyentuh hati menggugah
kalbu, serta mampu menghimbau akal fikiran pendengarnya. Terkenal dalam Islam disiplin ilmu yang
mengkaji tentang retorika yaitu Ilmu Balaghah,
Kata-kata dalam Al Qur’an yang berkaitan dengan dakwah bervariasi dengan
penggunakan berbagai kata antara lain ;
-
qaulan
qawiima , perkataan yang lurus
-
qaulan
haqqa , perkataan yang benar
-
qaulan
baliigha, perkataan tepat – nyeni –
-
qaulan
layyina, perkataan yang lembut
-
qaulan
sadiida , perkataan tegas – lugas –
-
qaulan
ma’ruufa, perkataan yang baik
-
qaulan
shawwaaba, perkataan yang tepat dan mantap
-
qaulan
kariema , perkataan yang mulia
Salah satu prisip
akhlak dalam Islam menurut Dr Hamudah Abdalati adalah Allah Maha Pencipta,
sumber kebanaran, sumber kebaikan dan sumber keindahan. Kita diperintahkan
untuk berakhlak “ mendekati atau menghampiri “ akhlak Allah maka dalam
berbicarapun kita berusaha menampilkan yang benar, yang baik dan yang indah
seperti Allah telah menunjukkan kepada kita dalam semua ciptaanNya.
Cara Berpidato
Pidato adalah
melahirkan isi hati atau mengutarakan buah fikiran dalam bentuk kata di hadapan
khalayak. Orang yang pandai bicara belum tentu pandai berpidato, sebab pidato
merupakan ketrampilan tersendiri. Yang banyak ilmu dan luas pengetahuan belum
tentu mampu mengutarakan dalam pidato
yang baik dan menarik, sebab pidato memerlukan penggorganisasian pesan dan
informasi yang harus diutarakan. Kadang-kadang orang yang luas ilmu pengetahuan serta luas wawasannya sangat kacau pada saat mengutarakan buah
fikirannya , karena ia tidak mampu mengutarakannya dalam sistematika yang baik
dan teratur.
Charles Henry Woolbert
berpesan kepada orang yang akan berpidato hendaknya perlu memperhatikan hal-hal
berikut ;
-
teliti
lebih dahulu tujuan dan niat berpidato
-
mengetahui
khalayak dan situasinya
-
tentukan
proposisi yang cocok bagi khalayak dan situasinya
-
memilih
kalimat-kalimat yang dipertalikan secara logis
Untuk semua itu diperlukan mentalita dan material atau teknis.
Yang dimaksud dengan
mentalita adalah, seorang yang akan berpidato hendaklah memiliki syarat-syarat
mentalita minimal :
-
berpengetahuan
umum cukup luas
-
berkepribadian
baik dan menarik
-
jujur
serta ikhlas
-
memiliki
keberanian moral
-
perbendaharaan
kata yang cukup
-
kecerdasan dalam berfikir
-
mendalami
dan meyakini tema yang dibicarakan
-
mengenal
ilmu jiwa massa
-
percaya
diri dan
-
bersikap
simpatik
Sedang yang dimaksud
dengan tehnis atau material mengandung arti memiliki persiapan yang memadai ;
-
banyak
membaca dan berlatih
-
berfikir
dan beranalisa
-
mempersiapkan
bahan serta metodanya
-
mengolah
vokal
-
mengenal
situasi
-
mengekspresikan
dengan tepat dan menarik
-
dilengkapi
ilustrasi serta perbandingan yang akurat dan
-
diseling
dengan humor yang tepat dan segar.
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment