Oleh : Ust Drs. Uri Mashuri
Pendahuluan
Kita banyak berbicara tentang masyarakat Islam. Bahkan
dengan penuh keyakinan kita bercita-cita ingin membentuk masyarakat itu, Tapi
sungguh tragis kadang-kadang kita tidak tahu seperti apa masyarakat dimaksud
dan seperti apa wujud masyarakat Islam itu ?
Melalui
tulisan sederhana ini, diharapkan kita memperoleh gambaran tentang masyarakat
yang kita dambakan.
Pengertian Masyarakat Islam
Menurut
Ralf Linton : “ Masyarakat adalah kelompok manusia yang tetap cukup lama hidup
dan bekerja bersama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan
berfikir mengenaidirinya sebagai kesatuan sosial, yang mempunyai batas-batas
tertentu. “ Pada masyarakat, - kata Ralf Linton selanjutnya –ada semangat yang
sama yang berfungsi menyatukan. Jadi yang dimaksud masyarakat Islam adalah
masyarakat dengat semangat Islam sebagai
penyatunya. Masyarakat Islam mempunyai sebutan khusus yaitu “ ummat “,
Ummat
adalah kata yang sarat dengan semangat progresif serta menyandang pandangan
yang dinamis, komited dan ideologis. Demikian Dr. Ali Syariati menjelaskan
makna ummat. Kerangka dasar ummat adalah ekonomi – kemakmuran –karena miliki
semangat kerja yang prima, yang tidak menghayati kehidupan duniawi,maka iapun
tidak akan menikmati kehidupan bathini.
Ke arah sana
langkah kita ayunkan mulai dari pembinaan diri, keluarga, masyarakat dan
selanjutnya membentuk ummat yang kita idam-idamkan.
Wujud Masyarakat Islam
Kalau melihat pengertian masyarakat Islam di atas,
ternyata masyarakat Islam bukan sekedar masyarakat orang-orang Islam. Tapi
masyarakat dengan semangat Islam membentuk tatanan-tatanan yang bersumber dari
hukum yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Tatanan-tatanan tersebut minimal
bersendikan :
-
Tauhidullah
-
Ukhuwah Islamiyyah
-
Persamaan dan kesetiakawanan
-
Musyawarah dan Tasamuh
-
Jihad dan amal shaleh
-
Istiqamah
Tauhidullah
Tauhidullah artinya setiap individu yang merasa menjadi anggota masyarakat Islam semestinya
mendasarkan hidupnya pada perinsip tauhid – mengesakan Allah – Dan tercermin
dalam seluruh segi kehidupannya. Katauhidan itu nampak pada :
- Ibadah dan do’a, yaitu tidak adayang patut disembah dan tidak ada yang patut dimintai pertolongan kecuali Allah - Al Fatihah 5.
- Tauhid dalam mencari nafkah dan berekonomi, yaitu keyakinan tidak ada Zat yang memberi rizki dan pemilik mutlak dari seluruh alam semesta kecuali Allah – Al Baqarah 204, An Nur 33
- Tauhid dalam kegiatan dakwah dan pendidikan, yaitu keyakinan tidak adak ada zat yang dapat memberi petunjuk kecuali Allah. – Al Qasas 56, An Nahl 37 .
- Kegiatan berpolitik, yaitu suatu keyakinan tidak ada penguasa yang paling mutlak dan maha adil kecuali Allah, juga kekuasaan dan kemulyaan yang diperoleh semata-mata hanya datang dari Allah. Ali Imran 26, Yunus 65.
- Pelaksanaan hukum, yaitu keyakinan bahwa hukum yang mutlak benar dan adil adalah hukum yang datang dari Allah’ –Yusuf 40 dan 67
- Sikap hidup secara keseluruhan, termasuk ucapan-ucapan sebagai ungkapan hati dalam menerima peristiwa sehari-hari. Tidak ada yang patut ditakuti kecuali Allah –At Taubah l8,Al Baqarah 150-,Tidak ada yang patut dicintai secara mutlak kecuali Allah – At Taubah. 24- ,Tidak ada yang dapat menghilangkan kemadharatan dan tidak ada yang dapat memberikan karunia kecuali Allah ,- Yunus 107, Ali Imran73-, Bahkan tidak ada yang dapat menghilangkan nyawa kecuali Allah – Ali Imran 145-.
- Seorang anggota masyarakat Islam, akan senantiasa mengihlaskan seluruh hidupnya untuk beribadah kepadaNya serta tetap menjaga kesucian amaliahnya baik lahir maupun bathin. – Al An’am 162-163, Al Bayyinah 5-.
Ukhuwah Islamiyyah
Dengan
sendi Tauhidullah, anggota-anggota masyarakat Islam berpandanganhidup yang
sama, sehingga terjelmalah pertautan hati satu sama lain yang melahirkan ikatan
persaudaraan di atas budi pekerti – akhlak – yang mulia. Terkikis penyakit
egoisme, individualisme serta meterialisme yang hanya mementingkan diri
sendiri, Firman Allah menegaskan dalam Al Qur’an : “ Sesungguhnya orang-orang
mukmin itu bersaudara “. – Al Hujurat 10 -. “ Dan Allah mepersatupadukan di
antara hati mereka, yang andai kata engkau belanjakan seluruh isi bumi tidaklah
engkau mampu mempersatukan di antara mereka. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa dan
Maha Bijaksana “ – Al Anfal 63-
Lebih
jauh Islam mengajarkan, berbeda bangsa, berbeda kulit, berbeda bahasa dan
berbeda budaya diupayakan untuk saling mengenal dan memperkaya batin
masing-masing. Ibadah-ibadah khusus dalam Islam, bila kita simak secara teliti
ternyata ujungnya adalah kebaikan bermasyarakat.
Persamaan dan Kesetiakawanan
Bila hidup menyadari sebagai hamba Allah,maka hanya
Allahlah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia, dirinya hanya sebagai hamba, tidak
akan terbetik dari hatinya perasaan lebih mulia dari sesamanya. Perasaan
ini kan menumbuhkan persamaan dan kebersamaan,
menumbuhkan kesetiakawanan yang bersumber dari kedalaman lubuk hati yang
diteduhi iman. Cintanya kepada sesama manusia merupakan wujud kecintaan pada
Allah, yang didorong oleh sabda Nabi :” Sayangi apa\apa yang ada di bumi,
engkau akan disayangi oleh yang menaungi di langit “ Hadits.
Perbedaan-perbedaan
yang tampak, akan dijadikan sarana untuk saling melengkapi dalam memenuhi
kebutuhan, bukan untuk saling menghancurkan.
Musyawarah dan Tasamuh
Apabila
persamaan dan persaudaraan yang berdasar
keimanan telah tumbuh dengan subur, maka segala usaha serta tindakan-tindakan
dalam masyarakat senantiasa akan dilihat dari segi kepentingan umum dan untuk
kepentingan bersama. Berbagai pendapat mungkin terjadi, bahkan pasti terjadi,
tetapi semua itu tidak akan menimbulkan konflik yang akan menjadi gangguan
ketentraman bersama. Musyawarah menjadi tradisinya,saling menghormati menjadi
hiasan pergaulannya, Firman Allah dalam Al Qur’an : “Mereka menyambut ajaran
yang datang dari Tuhannya, mendirikan
shalat, musyawarah dalam urusan-urusannya, dan mereka menginfakkan sebahagian
dari rizkinya. “- Asy Syura 38-
Seorang mukmin tidak bakalan merasa benar sendiri, ia
menyadari bahwa dirinya tidak mungkin sempurna, ia akan senantiasa mencari
kebenaran serta mempertimbangkan nasihat dan pendapat orang lain.
Jihad dan Amal Shaleh
Jihad mengandung arti bekerja dengan kesungguhan hati,
berusaha mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Itulah jihad, yang merupakan
karakter seorang mukmin. Ia terus bekerja
dan berusaha menciptakan kesejahteraan untuk dirinya, keluarganya dan
masyarakatnya serta bangsa dan negaranya sebagai wujud amal shalehnya. Tepatlah
ungkapan Nabi bahwa Mukmin itu seperti lebah, energik, disiplin, memberi
manfaat dan tidak merusak lingkungan.
Istiqomah
Istiqamah, artinya lurus terus, maksudnya setiap
muslim akan tetap memegang dan memperjuangkan kebenaran yang datang dari Allah.
Ia tidak akan meleleh karena panas, tidak akan beku karena dingin, tidak akan
lapuk karena hujan dan tak akan lekang di terik sinar matahari.
“ Katakan aku beriman kepada Allah, kemudian luruslah senantiasa “ demikian jawab Nabi kepada sahabatnya yang menimta nasihat. Jiwa orang yang istiqomah akan senantiasa tenang, tidak ragu, tidak gentar apalagi takut menghadapi berbagai tantangan – Fushilat 31,32 –
Keteguhan hati serta kepercayaan diri yang mantap
merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam mengayuh serta
meniti hidup yang penuh rintangan.
Insya Allah masyarakat yang bersendikan enam pokok
tersebut. Akan mewujudkan masyarakat – maaf meminjam istilah – yang makmur
dalam keadilan yang adil dalam kemakmuran. Serta rahmah, berkah dan keridlaan
Allah senantiasa tercurah di atasnya,
Terhadap mereka yang berlainan keyakinan, Islampun
melalui Nabinya memberi teladan yang baik. Islam dapat hidup berdampingan
dengan damai bersama siapa saja asal mereka tidak beritikad jelek. Sebagai
khalifah di muka bumi Islampun mengamanatkan agar kita mampu menciptakan surga
yang dahulu ditinggalkan Adam dan Hawa di dunia ini, untuk selanjutnya
menggapai surga yang dijanjikan Allah di Akhirat nanti.
Wallahu a’lam
Kuningan, 2006
terima kasih ust. ini menambah pengetahuan saya. jazakallohu khoeron katsiron
ReplyDelete