#PengantarMateri Kepribadian Shahibudda'wah ini adalah pembuka kesadaran yang utuh tentang dakwah. Bahwa dakwah tidak sekedar ceramah. Tapi ia adalah misi dan jalan hidup seorang muslim. Dakwah sendiri hanya layak diemban oleh manusia-manusia unggul. Disinilah indahnya dakwah. Di situ ada kewajiban dan di situ ada syarat. Artinya kita wajib untuk membina diri kita sehingga memenuhi kualifikasi sebagai seorang da'i. Berkepribadian da'i.
Berbicara dakwah berarti berbicara kita untuk orang lain. Adanya kita adalah untuk membawa kebaikan bagi orang lain. Sekaligus mempupus egoisme kita, bahwa adanya kita hanya untuk kepentingan diri sendiri. Bahkan cenderung kepentingan orang banyak dikalahkan oleh kepentingan diri sendiri. Kesadaran ini adalah awal dari jiwa kepedulian, jiwa relawan, jiwa proaksi, berjuang, dan berkorban. Dari sini kecemerlangan pribadi muslim akan memancar ke sekelilingnya.
KEPRIBADIAN SHAHIBUDDA’WAH
SEBUAH TELAAH TENTANG ETIKA DA’WAH
Oleh :
Ust Drs. Uri Mashuri
Mukadimah
“
Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata : “ Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri “. Fushshilat 33.
Dalam
Al Qur’an banyak terdapat penuturan tentang kepribadian yang perlu dimiliki
oleh setiap muslim dan mukmin. Seorang penyeru – dai – sebaiknya memahami
terlebih dahulu sebelum ia menyeru kepada orang lain, sebab salah satu petunjuk
dari Nabi saw adalah Ibda binafsik –
mulailah dari dirimu sendiri. Dan itu pula salah satu kuci kesuksesan usaha
menyeru ke jalan Allah.
Cermin Kehalusan Budi
Kutipan
ayat Qur’an di atas, merupakan penghargaan dari Allah betapa indahnya dan
betapa bernilainya mereka yang menggunakan lisannya untuk da’wah - menyeru ke
jalan Allah -. Sebuah kehormatan bagi
mereka yang memilih jalan menjadi
penyampai risalah.
Orang
yang berserah diri kepada Allah adalah orang yang halus budi pekertinya, orang
yang telah menundukkan serta mengalahkan dirinya untuk taat dan patuh kepada
ketentuan dari Allah dan RasulNya. Sabda Nabi : “ Mujahid itu adalah orang yang berjuang terhadap nafsunya dalam mentaati
Allah “.
Sosok
seorang mubaligh, seorang dai adalah sosok yang selayaknya sosok yang memiliki
kehalusan budi serta keluhuran pribadi, karena ia telah mencelup dirinya dengan
celupan warna dan corak dari Allah. Ia cinta karena Allah, ia benci karena
Allah, ia memberi karena Allah dan ia menolak karena Allah. Seperti yang
disabdakan Nabi.
Sipat-sipatnya
tercermin dalam ungkapan hadits yang berbunyi : “ Tuhanku telah memerintahkan kepadaku tujuh perkara :
-
Selalu
takut kepada Allah di tengah keramaian ataupun di tengah kesunyian.
-
Berkata
yang adil baik dalam keadaan marah atau dalam keadaan tenang
-
Sederhana
senantiasa dalam keadaan papa maupun
berkecukupan
-
Menyambung
kembali silaturahmi yang telah terputus
-
Memaafkan
yang mendhalimi
-
Diamku
merupakan tafakur , dan selanjutnya Nabi menerangkan
-
Aku
diperintahkan agar menyeru orang berbuat baik dan mencegah orang berbuat munkar
.
Dari hadits tersebut dapat dipahami, betapa tugas
da’wah adalah tugas yang mulia, tugas yang tidak pernah akan selesai selama
hayat dikandung badan, tugas da’wah adalah komitmen kita kepada keluhuran
ajaran Ilahi. Tugas yang memerlukan ketulusan, kesabaran dan keluasan ilmu dan
wawasan, agar tampak bahwa Islam yang kita sebarkan itu adalah rahmatan
lil a’lamin
Kekuatan
da’wah seorang muballigh tergantung pada kekuatan hujjahnya – yang diterima
akal sehat – dan daya panggilnya – yang dapat menawan jiwa dan rasa –
Keduanya tergantung pada pribadi yang jauh hari telah
mempersiapkan mentalnya, ilmunya serta
kaifiat dan etika da’wahnya. Karena da’wah
merupakan seni, missi serta persepsi.
Akhlak dan Etika Berda’wah
Begitu
seseorang mulai berda’wah, mulailah ia menaggalkan hidup pribadinya, ia akan
menjadi sorotan, ucapan, perbuatan serta gerak apapun akan menjadi tolok ukur
orang banyak dan sosoknya akan dijadikan perbandingan.
KH M. Isa Anshori dalam bukunya Mujahid Da’wah
menjelaskan : “ Berda’wah dan bertabligh bukan hanya dengan lisan dan tulisan,
tidak hanya dengan lidah dan pena. Tapi dengan teladan – lisanul ‘amal lisanul
akhlak. Sebagai juru da’wah saudara senantiasa dalam sorotan. Diri saudara
adalah cermin, kaca terang dan jernih. Akhlak saudara dijadikan alat pengukur
dan penilai. Langkah saudara dibayangi selalu, saudara menjadi titik perhatian.
Sukses tidaknya da’wah saudara terletak di situ. “
Betapa
besarnya tanggungjawab seorang dai atau
muballigh, perkataannya akan dijadikan pegangan dan pedoman , perbuatannya akan
menjadi rujukan sikapnya akan dijadikan tolok ukur dalam menghadapi setiap
masalah. Ia akan menjadi tokoh di masyarakat serta pemimpin ummat di
sekitarnya, karakternya akan senantiasa diuji oleh keadaan. Itulah yang akan
menempa pribadi seorang dai atau mubaligh . Mubaligh harus senantiasa belajar,
mengasah diri agar tidak tumpul dalam menghadapi menghadapi masalah ummat.
Kepemimpinan
yang baik dan berkwalitas minimal harus
memiliki :
- Pengetahuan yang luas dalam bidangnya – unsur tehnis –
,
- Memiliki kepribadian yang kuat sehingga mengesankan
pengaruh pada yang dipimpinnya
- Memiliki akhlak yang terpuji.
Pengetahuan
yang luas disertai memiliki pengaruh yang kuat
kepada yang dipimpin akan sulit tergapai tujuan yang baik dan benar bila
tidak dikawal oleh akhlak yang mulia.
Akhlak
yang mulia dalam Islam minimal ada 4
unsur yang harus dimiliki :
-
Mental spiritual yaitu karakter dasar manusia yang
berbentuk nilai-nilai kemanusiaan sejati, yang mempertalikan semua kegiatan
manusia dengan penciptanya, misalnya : ketulusan, keikhlasan kesederhanaan,
integritas pribadi dan kerendahan hati.
- Keterampilan mental – Mental skill – yaitu sipat-sipat
kejiwaan yang diperlukan manusia dalam menjalankan tugas-tugas professionalnya
sehari-hari seperti : kecakapan berkomunikasi, keterampilan mempengaruhi orang
lain, kepandaian mengambil keputusan yang tepat dan cepat, berwawasan ke depan,
pandai mengevaluasi serta memprediksi
situasi dan kondisi secara akurat, berorientasi pada waktu, kemampuan bekerja
secara efektif dan efissien.
-
Keterampilan keahlian – labour skill - , disebut juga mental ahli , yaitu
kecakapan-kecakapan khusus yang harus dimiliki oleh seseorang sesuai dengan
professi atau karier yang digelutinya , Nabi bersabda : “ Bila suatu perkara
diserahkan bukan pada ahlinya tunggulah
saat kehancurannya “
-
Etika atau adab sopan santun, yaitu istilah teknis
ilmiyyah. Sering pula disebut etika praktis, ia merupakan sipat-sipat
lahiriyyah yang harus dimiliki sesuai dengan kedudukannya. Etika praktis ini
mencakup penampilan fisik seperti ; cara berbicara, cara berpakaian, cara
berjalan, cara memandang dan cara berhubungan dengan orang lain
Untuk memenuhi kriteria seperti disebut di atas shahibudda’wah melengkapi
diri dengan Ilmu Agama , Ilmu
Perbandingan Agama, Pengetahuan Umum, Sejarah – Islam, Nasional, Internasional
-, falsafat, Kebudayaan dan Kesenian, Politik, Ekonomi, Sosiologi, Psikologi,
Psikologi Massa. Perbandingan Ideologi, Pengetahuan Bahasa. Caranya adalah
baca, dengarkan, ikuti perkembangan, luaskan pergaulan dan milikilah
keberanian.
Petunjuk Syar’i tentang Pribadi Unggul
Betapa
Al Qur’an dan Sunnah membina pribadi-pribadi muslim yang tangguh dan istiqamah
terutama untuk mereka yang mencintai
Risalah Nabi, beberapa petunjuk dapat
dikutip sebagai berikut :
-
Pribadi yang tumbuh dalam suasana ibadah kepada Allah.
“…………..pemuda yang tumbuh berkembang dalam suasana ibadah kepada
Allah.
“ Al Hadits
-
Beriman kepada Allah dan Hari Akhir, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan tidak ada yang ditakuti selain Allah., mereka
mendapat petunjuk.
“ Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid
Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, mendirikan
shalat menunaikan zakat dantidak takut – pada siapapun – selain kepada Allah,
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk “ At Taubah 18
-
Senantiasa menjaga kesucian lahir batin.
“
…………..di dalamnya ada orang-orang yang
membersihkan diri dan Allah senantiasa menyukai orang yang menjaga kesucian
“ At Taubah 108
-
Tidak silau dan terpedaya oleh kilauan dunia ..
“ Laki-laki yang tidak dilalikan oleh perniagaan dan
tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah….. “ An Nur 37
-
Memiliki watak yang cerdas.
“
……………….Mereka itu adalah oramg-orang yang
mendapat petunjuk - cerdas – Al
Hujurat 17
- Memiliki harga diri
“ Dan
mereka yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan
orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka
lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya “ Al Furqon 72
- Teguh pada pendirian/istiqamah.
“ Katakanlah ; “ Sesungguhnya aku hendak
memperingatkan kepadamu satu hal saja, berdiri tegak menghadap Allah – dengan ikhlas – berdua-dua
atau sendiri-sendiri ………. “ Saba 46.
- Senantiasa menegakkan agama Allah.
“ Yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya
dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagi
kamu jika kamu mengetahuinya “ Ash Shaf 11
- Bangga dengan identitas Islam.
“ ………….. Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri – Islam – “ Fushshilat 33.
- Percaya diri
“ Katakanlah : “ Inilah jalanku – agamaku -,
aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku tidak
termasuk orang-orang yang musyrik . “ Yusuf 108
“ Bagi kalian agama kalian, dan bagiku agamaku “ Al Kaafirun 6.
“ Katakanlah
: Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, akupun berbuat – pula -. Kelak
kamu akan mengetahui, siapakah – di antara kita – yang akan memperolah hasil
yang baik dari dunia ini, sesungguhnya orang-orang yang dhalim tidak akan
mendapat keberuntungan. “ Al An’am 135
“ Janganlah engkau sekali-kali terpedaya oleh
kebebasan orang-orang kafir bergerak di
dalam negeri “ Ali Imran 196
“ Dan mereka berkata : “ Mengapa tidak
diturunkan kepadanya – Muhammad,suatu keterangan – mukjizat – dari TuhanNya ?,
Maka katakanlah : “ Sesungguhnya yang gaib
itu kepunyaan Allah, sebab itu tunggu sajalah olehmu,sesungguhnya bersama kamu termasuk orang-orang yang
menunggu . “ Yunus 20
-
Julukan mereka dalam Al Qur’an
“ Itulah orang-orang
yang beriman dengan sebenar-benarnya, Mereka akan memperoleh beberapa
derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rizki – nikmat – yang mulia . “ Al Anfal 4.
“ ……………dan kesudahan yang baik bagi orang-orang
yang bertaqwa “ Al A’raf 128
- Akhlak
dan mentalitasnya tergambar .
“ Paling sempurna iman seseorang adalah yang paling
baik budi pekertinya “ Al
Hadits
“ …………….Allah menjadikan kamu cinta pada keimanan
dan menjadikan iman itu indah di hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah yang mengikuti jalan yang
lurus. “ Al Hujurat 7.
- Solidaritasnya terlukis
“ ………….. dan
tolong-menolonglah kamu di dalam kebaikan dan tetakwaan, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran …. “ Al Maidah
2.
- Dinamisnya
terlihat .
“………….. dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri
yang ia menghadap kepadaNya maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan
dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian – pada hari
kiamat sesungguhnya Allah maha kuasa
atas segala seuatu “ Al Baqarah 148.
-
Dalam beragama senantiasa bersikap
“………. Tegakanlah agama dan janganlah kamu berpecah
belah tentangnya…..” Al AsySyuura 13
Dalam
melaksanakan dakwah yang berarti memperbaiki keadaan, tak terhindarkan kita
bertemu dengan kondisi yang harus kita kritik,
karena kritik termasuk sebahagian nahi munkar.
Kritik
yang baik adalah kritik yang membuahkan perbaikan sesuai dengan tujuan dakwah,
bukan semata-mata melontarkan apalagi menumpahkan uneg-uneg.
Untuk
sampai pada sasaran kritik yang baik hendaknya disampaikan dengan cara :
-
Jangan dikemukakan kritik terus-menerus, pilihlah
waktu dan tempat yang tepat.
- Sebelum menyampaikan krtik, kita harus terlebih
dahulu menyadari bahwa Allah melihat dan
mendengarkan kritik yang kita sampaikan agar kita tidak terjerumus pada
subyektivisme karena sentimen pribadi.
- Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa yang tepat dan
sopan, yang jelas menunjukan bahwa memang kita ingin memperbaiki keadaan.
-
Hendaknya difikirkan terlebih dahulu, hindari mengemukakan
dengan emosi. usahakan seobyek mungkin agar kita tidak jatuh pada dosa.
- Bila kita yang dikritik, hendaknya kita dengarkan
dengan seksama tenang, sabar dan diam. Fikirkan kritik itu. Kalau salah kritiknya, kita bisa membela diri
dengan argumen tanpa emosi. Kalau kita hadapi dengan marah, ciri kita punya
sifat sombong yang harus kita jauhi. Bila kritiknya benar, terimalah dengan
lapang dada.
- Baik kritik maupun jawaban hendaknya disampaikan
jangan bertele-tele agar tidak menimbulkan kebencian.
Bila
terjadi perbedaan pendapat kiranya pimpinan dapat mengatai kalau perlu
ditangguhkan mengambil saat yang lebih tepat. Bila tidak diselesaikan
jadikanlah sebagai “ketegangan kreatif”
Wallahu a’lam.
Kuningan, 12 Jumadil Ula
1427 H
ReplyDeleteJzk kk , smoga menyebar manfaat kpd ysng membutuhkan
Aamiin ya rabbal 'alamiin...
Delete