Ust Uri Mashuri saat tahun 1986 |
Alhamdulillah saat masa pencarian itulah saya bertemu lingkungan yang kondusif : SMANDA Kuningan. Sekolah yang bermarkas di Jalan Aruji Kartawinata 16 Kuningan adalah tempat terbaik menurut saya untuk pencarian makna hidup, waktu itu di Kuningan. Betapa tidak, saya bertemu dengan kawan-kawan yang lolos seleksi NEM terbaik. Input terbaik. Walaupun kemudian saya jadi tenggelam di antara gemerlap kepintaran anak-anak pilihan itu, tapi setidaknya tetap mendapat atmosfir kebaikannya. Terbawa arus gelombang kebaikannya.
Di SMANDA saya mengenal budaya Sholat Dhuha yang sebelumnya hanya tahu teorinya. Saat jam istirahat mushola penuh dengan siswa yang shalat Dhuha. Ruku dan sujud yang bergiliran terlihat seperti gelombang. Benar-benar potret ideal paduan antara kepintaran dan keshalehan. Aktivitas akademis dan kerohanian berjalan seiring seirama dengan indahnya. Saling menguatkan. Antara mengejar prestasi akademik dengan keistiqomahan ibadah menemukan gambaran terbaiknya di sini. Menjadikannya sekolah impian. Maka saya tak terlalu terkejut saat tahun 2012 lalu, peraih nilai UN terbaik se-Indonesia lahir dari sini.
Salah satu momen berkesan itu adalah saat ada sanlat Ramadhan. Waktu itu GEMMA SI (Generasi Muda Masjid Syiarul Islam) mengadakan Sanlat (pesantren Kilat) selama dua pekan di Masjid Agung Syi'arul Islam, Kuningan. Pesertanya adalah siswa-siswi SMA sederajat dari seluruh Kabupaten Kuningan. Dikoordinir di sekolah, saya jadi salah satu pesertanya. Tahun itu ada libur pekan pertama Ramadhan. Pekan berikutnya Sanlat dilakukan setengah hari sepulang sekolah. Setelah sanlat usai ada pemilihan pengurus baru GEMMA SI. Jadilah saya anggota GEMMA SI Angkatan XIV yang saat itu ketua terpilih adalah Kang Budiyatna Ginarsa alias Boeggy.
Saat sanlat itulah saya sertemu sosok seorang ustadz rendah hati dan menyenangkan lawan bicara. Ceramah agamanya amat memikat. Baik mendengar langsung maupun via siaran radio. Mudah difahami oleh anak muda seperti saya saat itu. Sosok kharismatik itu membuka wawasan tentang Islam yang berperadaban modern. Islam yang tak sekedar agama, tapi way of life. Jalan hidup untuk semua zaman. Maka Islam senantiasa aktual dan aplikatif. Komprehensif dan integral. Juga indah. Saya masih teringat kritikan beliau tentang seni Islam yang hanya berkutat di Qasidah.
Saat sanlat itulah saya sertemu sosok seorang ustadz rendah hati dan menyenangkan lawan bicara. Ceramah agamanya amat memikat. Baik mendengar langsung maupun via siaran radio. Mudah difahami oleh anak muda seperti saya saat itu. Sosok kharismatik itu membuka wawasan tentang Islam yang berperadaban modern. Islam yang tak sekedar agama, tapi way of life. Jalan hidup untuk semua zaman. Maka Islam senantiasa aktual dan aplikatif. Komprehensif dan integral. Juga indah. Saya masih teringat kritikan beliau tentang seni Islam yang hanya berkutat di Qasidah.
Ia berhasil
memberikan saya dan kawan-kawan yang aktif di Rohis dan Remaja Masjid sebuah gambaran Islam yang utuh. Tak sekedar kumpulan aturan
yang isinya halal dan haram, antara yang
boleh dan tidak boleh. Serta panduan ibadah.
Ia membawa kita pada makna Islam
dan kepribadian muslim yang sebenarnya. Mengikuti ceramah-ceramahnya semakin menguatkan cakarawala pemahaman waktu itu yang sudah bersentuhan dengan pemikiran Sayid Quthb, Muhammad Quthb dan Yusuf Qardhawi melaui buku-buku yang diterbitkan Penerbit Salman, Bandung. Buku-buku tua itu sampai sekarang masih saya koleksi.
Beliau juga memberi contoh tentang konsistensi. Hingga akhir hayatnya ia tetaplah seorang Ustadz
yang bersahaja. Wawasannya juga aktual. Terakhir melihatnya langsung dan mendengar
ceramahnya adalah saat memberi khutbah nikah pada pernikahan salah seorang saudara
sepupu saya di Cigadung, Kuningan. Itulah terakhir saya melihat wajahnya. Sorot
matanya tetap tajam dan fokus. Bicaranya kaya makna dan efisien. Pilihan
katanya sangat intelektual.
Beliau juga
mengajarkan tentang kedekatan antara seorang da’i dan mad’u-nya (yang didakwahi). Ia yang seorang tokoh level
Kabupaten yang masih mau memberikan ta’lim pekanan kepada anak-anak SMA. Dengan
audien yang jumlahnya antara 10-20 saja. Tidak banyak. Kepribadiannya juga egaliter,
tidak bergaya kebanyakan orang tua yang sukanya menyuruh-nyuruh. Ia lebih banyak memberi
wawasan dan inspirasi. Berbagi pengalaman hidup.
Kesediaannya
untuk mau akrab dengan anak-anak muda, memberi saya pelajaran berharga tentang
penghargaan terhadap potensi generasi muda. Bahwa pengorbanan waktunya itu akan
memberi dampak jangka panjang. Saya adalah salah satunya. Interaksi saya dengan
beliau menimbulkan kesan yang terus melekat. Walau jarak dan waktu memisahkan.
Tapi sosoknya yang tegas, menyenangkan namun disiplin dalam ibadah menjadi
inspirasi sepanjang hayat. Saya teringat
bagaimana beliau memarahi kami yang masih santai saat adzan berkumandang
“Jangan mengaku remaja masjid kalau dengar adzan masih malas!”. Kemarahan yang
efektif. Sorot matanya yang tajam membuat saya tak berkutik. Lantas menuruti
titahnya. Saya sendiri kalau sedang dilanda "galau" hingga malas shalat berjamaah suka terbayang marahnya beliau dengan sorot matanya dan suara yang khas itu.
Saya jadi
teringat kisah Yusuf a.s yang selamat dari fitnah wanita bernama Zulaikha. Saat
itu adalah saat yang kritis karena segala sesuatunya mendukung untuk terjadinya
perbuatan hina. Namun ada “al burhan” dari Sang Pencipta. Ia diberi peringatan
oleh Sang Penjaga. Dalam bentuk apa? Itulah saat "hadir"nya sosok Ayahanda Ya'qub a.s. Ia “hadir”
disaat genting itu dan memunculkan ketakutan Yusuf pada Allah. Selamatlah Yusuf dari fitnah (ada di kitab tafsir Ibnu Katsir dan juga tafsir Adhwaul-Bayan) . Dan sesungguhnya kita kadang memerlukan sosok-sosok yang dengannya Allah peringatkan kita di saat-saat lalai.
Kabar duka itu saya dengar dari Wa Agun, uwa saya yang di Cigadung, Kuningan saat beliau bertemu di Karawang. Beliau sampaikan kabar duka wafatnya KH Uri Mashuri. Menurut penuturan putrinya, beliau mengalami sesak nafas selepas mengimami sholat subuh di mushola dekat rumah. Kemudian dibawa ke ICU RSU 45 Kuningan dengan dugaan serangan jantung. Walaupun tidak ada riwayat jantung sebelumnya. karena tidak ada eprkembangan lantas dirujuk ke RS Harapan Kita. Diagnosa menunjukan ada cairan di paru-paru. Rupanya Allah lebih mencintai beliau, setelah seminggu dirawat, tepatnya tanggal 15 Juli 2007 beliaupun menghadap Sang Khalik. Innalillahi wainna ilaihi roji'un.
Untuk almarhum Al Ustadz KH Uri Mashuri, saya hanya bisa melantunkan do’a “Allahummaghfirlahu warhamu wa’afihi wa’fu’anhu... semoga Allah ampuni dosanya, semoga Allah membalas segala kebaikannya dan menjadikannya pembuka kunci rahmat-Nya. Dengannya mudah-mudahan Allah balaskan surga nan tak terbayangkan keindahannya....aamiin.
Bersama Ibu Eha (kedua dari kiri), isteri almarhum. Saat silaturahim ke kediaman beliau di Cigadung, Kuningan. |
Pembina generasi muda...hatur nuhun. Kang Solihudin ngemutkeun saya ke beliau..smoga Alloh lapangkan kuburnya...inget dulu.di GEMMA SI..berbagai corak ajaran masuk ke jiwa muda sayah..yg keras, yg logik, dan berbagai macam corak yang saya ikuti terang- terangan atau sembunyi..walau ujungnya saya jadi fans metalika, spultura dll sareng kang nana emon, ana, ijul, goci, dll..saat itu...Beliaulah yg jadi penengah benturan yg terjadi saat itu..semoga amal baiknya diterima....Amin
ReplyDeleteBetul kang Adang. kebetulan sy sdg ingin mengulas sosok-sosok yg telah mewarnai perjalanan hidup hingga sekarang. Dari bbrp sosok yg pernah bertemu dan beriteraski ada yg begitu berkesan dan mempengaruhi. Salah satunya beliau, almarhum Ustd Uri Mashuri. Mudah2an rerencangan yg bca tulisan ini ikut berdo'a untuk beliau. Krn itu mungkkin yg bisa kita lakukan sbg ungkapan terima kasih dan rasa syukur...
DeleteDia juga yang telah memberikan pencerahan bagi hidup saya
ReplyDeleteYa Allah kang Solihudin.....damang? akhirnya ketemu di dumay...saya jadi ingat terakhir bertemu Pak Uri saat memberi tausiyah sebelum saya nikah tahun 2001 lalu.....itu saat saya terakhir bertemu...beliau sangat berpengaruh dalam hidup saya....ada banyak sekali kenangan bersamanya...kadang saya sering nangis jika ingat beliau...bahkan sat saya nulis ini,,,,
ReplyDeleteAlhamdulillah, damang Kang Nanang....
Deletemudah-mudahan semangat dan keikhlasan beliau bisa ditauladani...aamiin