Oleh : Ust Drs. Uri Mashuri
#Pengantar
Ini materi yang pernah saya terima waktu SMA dulu. Tema Insan Kamil ini membuat cakrawala saya terbuka secara perlahan. Memandang diri menjadi lebih utuh. Dulu mungkin baru sebatas kognisi, namun saat nilainya berinteraksi dengan pengalaman hidup setelahnya, menjadikan materi ini terasa semakin bermakna. Mari kita simak untaian nan ringkas namun kaya makna berikut (Solihudin)
Dr Ali Syariati membedakan antara insan dan basyar – dalam
bahasa Indonesia dua-duanya diartikan manusia - . Basyar adalah manusia secara
umum, sedang insan adalah manusia yang senantiasa berproses ke arah kesempurnaan,
dengan ciri kesadaran diri, kemauan bebas dan kreatif.
Kesadaran bahwa dirinya diciptakan oleh Allah dengan
bekal dan tugas serta tujuan yang jelas. Kemauan bebas, dengan kesadaran tadi
ia bergerak melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi tanpa
menjatuhkan diri menjadi hamba materi,
hamba pangkat dan hamba manusia. Ia merdeka sebagai hamba Allah semata.
Kreatif artinya ia banyak gagasan dan sekaligus gagasan itu ia tuangkan
dalam amal shaleh, dalam mengolah bekal dari Allah berupa alam dan isinya.
Semua anugrah Allah berupa akal, perasaan, kemauan serta pegangan hidup
dipergunakan sebaik-baiknya dalam menjalani hidup ini.
Dalam diri manusia ada
tiga daya jiwa yaitu :
-
Daya akal
atau thingking, daya fikir, rasio atau cipta
-
Daya rasa
atau feeling, afeksi atau emosi
-
Daya iman
atau willing, kemauan atau karsa
Sering terjadi antara
akal dan perasaan tidak berjalan seiring, sebab kedua daya itu mempunyai
pemuasan dan ukuran yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang bertentangan.
Bila pertentangan itu tidak ada yang memisah atau mewasiti, maka akan terjadi
kebimbangan-kebimbangan, bila keduanya tidak seimbang salah satunya ada yang
dominan, maka akan terjadi benturan-benturan yang mengakibatkan ketidak
bahagiaan manusia.
Geoge Sarton
mengatakan, bahwa dalam hidup manusia senantiasamencari tiga hal, yaitu ;
-
kebenaran
-
Keindahan
dan
-
Kebaikan.
Rasio akan terpuaskan
dengan kebenaran melalui ilmu pengetahuan, rasa akan terpuaskan dengan
keindahan melalui seni dan keindahan alam ciptaan Allah. Sedang iman akan
terpuaskan dengan kebaikan , keadilan melalui agama. Ketidakpandaian
menggabumgkan ketiga unsur daya jiwa itu akan membuat manusia sengsara dan
tertekan perasaan.
Manusia yang didominir
oleh rasa, akan menghasilkan manusia yang penuh dengan benturan-benturan
masalah dalam jiwanya. Akibatnya ia akan mudah tersesat dalam menarik
kesimpulan. Isyarat-isyarat alam akan dianggap sebagai kekuatan gaib yang
selanjutnya dikagumi dan kadang-kadang bisa dia angkat seperti tuhan. Ia kurang
berfikir dan bertafakur, Itulah benih-benih aliran Panthaisme, polytheisme atau
aliran kebatinan.
Islam mengajarkan
keseimbangan, ketiga daya tersebut hendaklah dipergunakan secara baik dan seimbang sehingga terjadilah keselarasan
dalam jiwa. Islam mengajarkan agar mengasah otak atau mempertajamnya dengan
mempelajari alam semesta, falsafat , fiqh dan sebagainya. Islampun mengajarkan
penghalusan rasa melalui ihsan, akhlak, tawasuf serta banyak berzikir. Dengan
tak lupa menyuruh untuk memperbaiki iman, meningkatkan taqwa serta memperbanyak
ibadat.
Al Qur’an sebagai
pedoman hidup setiap muslim, adalah kitab suci yang mampu menggetarkan rasa
yang paling halus, serta menggedor untuk merangsang penggunaan otak.
Firman Allah dalam Al Qur’an : “ Sesungguhnya pada penciptaan langit dan
bumi, pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal,
yaitu orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang kejadian langit dan bumi – seraya berkata - :” Tuhan
kami, tiadalah Engkau jadikan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau
peliharalah kami dari siksa api neraka “. Q.. Ali Imran l90, 191
Nyata terlihat dari
kandungan ayat di atas sikap orang-orang yang menggunakan potensi jiwanya
dalam menghadapi alam semesta.Mereka
merasa dan menyadari, mereka berfikir
menggunakan akal dan akhirnya ta’jub akan kekuasaan Sang Pencipta
merunduklah mereka dengan penuh
kekhusyuan dan penyerahan. Itulah yang disebut tafakur yaitu gabungan
antara fikir dan dzikir, yang
dinilai lebih utama dari dari
ibadah-ibadah biasa.. Itulah Insan Kamil
!
Dapat
dijabarkan lebih kongkrit bahwa Insan
Kamil itu, adalah manusia yang memiliki perasaan halus, sehingga ia dapat
menikmati, menghargai dan mencintai keindahan. Ia memiliki akal yang tajam
sehingga ia dapat membedakan antara yang benar dan salah, menolak yang
irrasional dan dalam hidupnya selalu menuntut dan menegakkan kebenaran.Ia
memiliki iman yang kuat sehingga ia menciptakan rasa aman dalam dirinya dan
sekelilingnya, aktif, dinamis dan selalu bergerak memperjuangkan keadilan dan
kebaikan..
Tentunya tidak selancar
dan semulus itu menuju Insan Kamil, manusiapun dilengkapi oleh Allah dengan
nafsu, energi untuk bergerak, yang disebut oleh
ahli Ilmu Jiwa Agama dorongan-dorongan yang ada pada diri manusia,
seperti dorongan biologis termasuk makan dan minum serta dorongan seksual,
dorongan ingin sukses, dorongan kasih sayang, dorongan ingin tahu, dorongan
ingin berkuasa dan lain-lain.
Dorongan-dorongan tersebut diarahkan
serta dibimbing oleh oleh daya
jiwanya yaitu akal dan iman. Bila akal dan iman
tidak atau kurang berperan
manusia bisa tercampak menjadi
budak hawa nafsu. Ia tidak mengenal
batas norma baik norma masyarakat, negara apalagi norma agama. Al Qur’an
menggambarkan :
"Maka pernahkah kamu melihat
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkan
sesat berdasar ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan Allah meletakkan penutup pada penglihatannya. Maka siapakah
yang akan memberi petunjuk selain Allah – membiarkannya sesat – Mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran “ Al
Jaatsiyah 23.
Ada orang yang pessimis mengatakan, tidak
mungkin ada Insan Kamil, manusia kan
makhluk yang lemah tempat salah dan khilap, manusia bukan malaikat. Kadang-kadang
ungkapan itu dipakai untuk membenarkan
perilaku korup dan dhalim mereka mengatakan itu untuk membuat pembelaan diri atas kesalahannya. Salah dan
khilap memang sifat manusia. Tapi bukan
salah dan khilap yang disengaja, dan
diulang-ulang . Seorang mukmin berbuat kesalahan tapi kesalahan yang tidak
disadari atau karena ketidaktahuan.
Kita berpendirian
ada Insan Kamil, tapi bukan manusia yang
sempurna segala-galanya. Insan Kamil yang dimaksud adalah orang yang menyadari
kekurangan dirinya dan berusaha memperbaikinya sesuai dengan kemampuan
berdasarkan tuntunan Allah dan Rasulnya.
Wallahu a’lam
Kuningan, …………………………………..
No comments:
Post a Comment