Sunday, January 27, 2013

Caper 12-13 # 5: COWOK KEREN ITU...

sumber : internet


Saat perjalanan pulang dari Probolinggo menuju Karawang, 03.01.2013 lalu, di daerah Rembang saya berhenti di sebuah SPBU. Sebabnya mata terasa ngantuk setelah melek sejak pukul 12 malam. Itu saat start berangkat dari Probolinggo guna menghindari ramai lalu lintas saat nyampe di Surabaya. Di SPBU itu ada mushola kecil yang hanya cukup untuk dua shaf. Kira2 ukuran 3 x 4 meter. Tiba di situ pukul setengah dua belas siang. Menjelang dzuhur. Waktu setengah jam saya pake buat istirahat sampe terasa “hilang”. Saatnya memasuki waktu dzuhur saya ajak semuanya sholat. Bergiliran, yang cowok lebih dulu. 

Saat itu ada dua anak muda, sepertinya mahasiswa. Naik Yaris warna merah dan berhenti juga di situ. Kemudian mereka ambil air wudlu dan dan ikut shalat bareng. Rupanya mereka juga sedang perjalanan jauh karena saat diajak jama’ dan qoshor, mereka mengiyakan.

Setelah selesai sholat dan kembali ke mobil, sebelum melanjutkan perjalanan saya bilang ke Si Teteh : “Teh, kalau mau lihat cowok keren ya, yang seperti dua cowok tadi itu. Tapi, bukan karena mereka pake mobil ya, tapi karena sebelum adzan mereka sudah standby di tempat sholat, kemudian sholat berjamaah. Ingat-ingat ya Teh...”. Si Teteh cuma mesem-mesem. 

Hmmm...kita, para ortu memang harus mulai memberikan kriteria tentang sosok keren itu seperti apa. Jangan sampai anak-anak ikutan tertipu "politik pencitraan" yang kerap menjerumuskan anak-anak muda yang mencari pasangan hidup. Tertipu dengan penampilan yang oke, harta yang banyak, ngetop karena selebitis atau penghasilan yang mapan. Standar kemuliaan dan ke "keren"an memang harus dikembalikan kepada Sang Maha Mulia dan Pemilik Kemuliaan. Ia yang sudah menetapkan standar kemuliaan. Bahwa KETAKWAAN itulah standarnya : "inna akramakum 'indallahi atqaakum".


Tuesday, January 22, 2013

Makna dan Hakikat 'Syahadat Rasul'

 
 
Sumber : Abdullah Haidir, Lc @abdullahhaidir1  


  1. Dahulu pernah sy twitkan ttg makna Laa ilaaha ilallah..sy ingin lengkapi dg twit ttg bagian syahadat kedua.

  2. Asyhadu anna muhammadaarrasulullah.. aku bersaksi bhw Muhammad adalah Rasulullah.

  3. Karena memang syahadat laa ilaaha illallah tdk akan terwujud secara nyata dan tak kan diterima tanpa syahadat thd Rasulullah.

  4. Boleh dikatakan bhw syahadatain merupakan dua hal yg tak dapat dpisahkan.

  5. Karena jika dikatakan bahwa Laa ilaaha illallah menuntut adanya ibadah, maka pertanyaan mendasarnya adalah 'bagaimana kita beribadah'?

  6. Nyatanya Allah Taala tidak membiarkan kita mereka-reka ibadah. Tapi yg diinginkan adalah ibadah sesuai yg Dia kehendaki.

  7. Sebab kalau sekedar ibadah, para penyembah berhala juga punya niat ibadah, namun Allah tidak akui 'ibadah' mereka.

  8. "Berhala2 itu untuk mendekatkan kami kpd Allah" begitu Allah kisahkan dalih mereka dalam surat AzZumar ayat 3.

  9. Kerahiban yg melarang seseorang tdk boleh menikah tentu saja diniatkan ibadah, tapi Allah bilang itu bid'ah (QS. Al-Hadid 27).

  10. Karena kita diperintahkan istiqamah berdasarkan apa yg Allah perintahkan, bukan berdasarkan apa mau kita.

  11. Fastaqim kama umirta (Huud 112) istiqamahlah sebagaiman engkau diperintahkan. Bukan fastaqim kamaa aradta... istiqamahlah sesuai maumu.

  12. Karena itu Allah turunkan ajaranNya sebagai pedoman ibadah dan kehidupan melalui firman-firmanNya.

  13. Maka Allah utus para Rasul untuk menerima wahyu dan menyampaikannya kpd umatnya.

  14. Dari sini keyakinan terhadap seorang Rasul menjadi perkara mendasar. Karena akan menjadi pintu bagi keyakinan dan pengamalan apa yg mereka sampaikan.

  15. Sebaliknya, tidak ada keyakinan terhadap Rasulullah, berarti menutup pintu thd perintah Allah. Itulah sebabnya syahadatain disandingkan.

  16. Thayib... ketika kita menyatakan 'Asyhadu anna muhammadarrasuulullah..'sebenarnya ada dua perkara yg hendak kita tegaskan dan yakini.

  17. Dua hal yg sangat menentukan kebenaran syahadat kita dan sebaliknya menjadin sumber kesesatan jika keliru paham dan pengamalan.

  18. Kalimat 'Muhammad Rasulullah' sebenarnya mengandung 2 hal yg harus kita yakini tadi...

  19. Kata 'Muhammad' memberi makna 'kehambaan' dan 'kemanusiaan' nabi Muhammad.

  20. Hal ini diperkuat oleh versi lain dari redaksi syahadat yg kedua, yaitu "wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh" (HR Abu Daud, dll)

  21. Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah 'hamba' dan 'rasul' Nya.

  22. Keyakinan thd 'kehambaan' Nabi Muhammad saw sepintas sepele, bahkan umumnya tdk mendapat perhatian serius... dianggap perkara wajar.

  23. Padahal konsekwensinya tidak sederhana dan hikmahnya besar.

  24. Karena itu dlm akhir surat Al-Kahfi, Allah perintahkn Rasulullah saw utk menegaskan kembali 'Saya hanyalah manusia yg mendapat wahyu'. (18:110)

  25. Meyakini 'kemanusiaan' Rasulullh saw yg paling utama bertujuan agar tidak ada sikap 'kebablasan' dalam meng-imani dan mencintainya.

  26. Sebab, sepanjang sejarahnya, kesesatn umat manusia terhadap rasulnya bukan sebatas mereka yg menentangnya dan memusuhinya.

  27. Tapi juga terjadi pd mereka yg mengaku beriman dan mencintainya namun kebablasan... ujungnya sama.. syirik dan kekufuran.

  28. Inilah yg terjadi pada kaum Yahudi yg menjadikan Nabinya; Uzair sebagai anak Tuhan... juga kaum Nashrani terhadap Nabi Isa alaihissalam.

  29. Maka meyakini bhw Nabi Muhammad saw adalah manusia, bertujuan mencegah pengikutnya utk mengangkatnya melampaui batas kemanusiaannya.

  30. Khususnya jika diangkat dg memberinya sifat2 ketuhanan... spt 'mengetahui yg gaib' 'menentukan manfaat dan celaka' dll.

  31. Umumnya keyakinan diluar Islam memberikn sifat2 ketuhanan kpd tokoh utamanya... inilah yg menjadikan Islam istimewa.

  32. Karena tetap menyikapi orang yang paling dicintai dan diikuti sebagai manusia biasa tanpa sifat2 ketuhanan.

  33. Ini tentu saja berfungsi utk menjaga kemurnian tauhid yg lagi-lagi merupakan keistimewaan aqidah Islam dibanding aqidah lainnya.

  34. Dalam Al-Quran cukup banyak ayat-ayat yg mengingatkan kita bahwa betapapun mulianya Rasulullah saw, beliau tetaplah manusia.

  35. Beliau tdk mengetahui yg ghaib kecuali Allah beritahu. Beliau bukan penyebab utama manfaat dan bahaya. Lihat QS Yunus 49, Al-An'am 50.

  36. Apalagi jika kita amati kehidupan beliau; makan, minum, tidur, berkeluarga, sakit bahkan terluka dan akhirnya wafat... manusiawi banget.

  37. Rasulullah saw sendiri sudah berpesan agar jangan memujinya berlebihan sepertt orang Nashrani memuji Isa putra Maryam (HR Bukhari).

  38. Berikutnya, meyakini bahwa Rasulullah saw manusia, akan menyadarkan kita bahwa Islam adalah ajaran yg manusiawi, baik kebutuhan maupun kemampuannya.

  39. Karena Rasulullah saw diutus bukan hanya sebagai penyampai risalah, tapi juga sebagai teladan bagi umat. Jika dia bukan manusia sulitlah meneladaninya.

  40. Catatan: meyakini 'kemanusiaan' Rasulullah saw ditujukan untuk mencegah pensikapan melampaui batas terhadap beliau.

  41. Jangan diartikan sbg sikap meremehkannya atau menyamakannya begitu saja kedudukan dan sabdanya dg keyakinan beliau sama-sama manusia.

  42. Sekedar menyebut/memanggil namanya saja spt halnya kita memanggil org biasa, dilarang dlm Alquran. Perhatikan AnNur 63.

  43. Apalagi berkata kasar thd beliau... Allah melarang mengeraskan suara di hadapan beliau. (QS Al-Hujurat 2)

  44. Yg unik, ada shahabat bernama Tsabit bin Qais, dia memiliki suara keras. Ketika turun ayat ini dia ga berani menemui Rasulullah saw.

  45. Namun Rasulullah saw katakan bahwa dia termasuk ahli surga. Karena yg dimksud 'mengeraskan suara' adalah bersuara kasar dan menentang Nabi saw.

  46. Kemudian, makna kedua dari syahadat Muhammadurrasulullah adalah keyakinan thd kerasulannya.

  47. Bahwa beliau adalah makhluk yg Allah tunjuk sebagai utusanNya utk menyampaikan ajaranNya kpd manusia sekaligus menjadi teladan bagi mereka.

  48. Keyakinan ttg kerasulan Rasulullah saw harus berbuah pada cinta, pemuliaan, pengagungan, ketaatan, dakwah dan pembelaan.

  49. Jadi bukan pengakuan kering yg tidak membekas pada emosi, perbuatan dan sikap hidup.

  50. Pengakuan kpd kerasulannya harus berbanding lurus dg pengakuan terhadap misi yg dibawa. Justru hal itu yg lebih tampak sekarang ini.

  51. Sebab sbg person, Rasulullah saw telah wafat, namun misinya tidak ikut wafat, tapi terus hidup dan terpelihara hingga kini utk kita manfaatkan.

  52. Maka ekspresi cinta dan pemuliaan thd Rasulullah saw yg paling nyata adalah jika dilampiaskan terhadap ajarannya.

  53. Yaitu dg berupaya memahaminya, memplajarinya dan mengamalkannya terus menerus.

Makna dan hakikat Laa ilaaha illalLaah



Sumber : Abdullah Haidir, Lc @abdullahhaidir1
  1. Sekarang kita coba dalami lagi makna laa ilaaha illallaah

  2. Kalimat ini terdiri dari dua bagian; Pertama, Laa ilaaha.. yg disebut dg istilah nafy(peniadaan), kedua adalah Illallah, yg disebut itsbaat (penetapan).

  3. Kalimat ini diawali kata 'Laa' artinya tidak.Unik, karena jarang2 sebuah pernyataan diawali oleh kalimat tidak. Biasanya sebuah pernyataan lebih mengedepankan penetapan, persetujuan, pengakuan, dan semacamnya.. kalaupun ada peniadaan, itu diletakkan belakangan, sebagai pengecualian.

  4. Tapi ini tidak, sejak awal sudah dinyatakan peniadaan. Sebuah ungkapan yang mengandung ketegasan, kelugasan dan kemurnian sekaligus keberanian menyatakan sikap.

  5. Kata orang, mengucapkan kata 'tidak' lebih berat daripada kata 'ya'. Karena kata 'tidak' yang berarti penolakan lebih mengundang konsekwensi ketimbang kata 'ya' yang berarti persetujuan.

  6. Lalu apa yang ingin ditiadakan? Yg ditiadakan adalah Ilah …! Apa arti ilah? Mengartikan ilah dengar arti 'tuhan' begitu saja, kurang menukik dan tajam. Terlalu umum, dan berakibat pada pemaknaan yg kurang sesuai dg tujuan yg dimaksud.

  7. Ilah adalah sesuatu yang disembah. Sesuatu dikatakan disembah jika dia mutlak dituruti dan dicintai. Dia dijadikan no. satu dalam hal ketaatan dan kecintaan. Yg lain mengikutinya.

  8. Dalam Al-Quran, Allah menyebutkan orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah. Lihat surat Al-Furqan: 43. Bagaimana hawa nafsu disembah? apabila hawa nafsu yang paling dia cintai dan taati dalam kehidupannya. Ibadah bukan cuma sebatas sujud dan rukuk di hadapnnya.

  9. Maka, Laa ilaaha… artinya adalah pernyataan meniadakan keyakinan adanya segala bentuk Tuhan yang disembah selain Allah… apapun dan siapapun.

  10. Dengan demikian, sejak awal pernyataan tauhid kita, sudah menolak segala keyakinan dan penghambaan kepada selain Allah Ta'ala. Ini dapat dikatakan sebagai prasyarat mutlak untuk menyatakan keimanan kepada Allah Ta'ala.

  11. Tidak akan pernah ada gunanya pengakuan keimanan, selagi masih ada pembenaran terhadap keyakinan kepada selain Allah.

  12. Setelah kalimat Laa ilaaha yang dikenal dengan istilah an-nafyu yang berarti peniadaan, berikutnya baru dinyatakan itsbat.. yg berarti penetapan, yaitu ungkapanillallah… kecuali Allah.

  13. Pengecualian yang terdapat setelah peniadaan, dlm bhs Arab dikenal salah satu bentukhashr… artinya pembatasan yg tidak memberi ruang bagi yang lain.

  14. Jika dikatakan 'Muhammad masuk ke kelas', berbeda dengan ungkapan 'tidak ada yang masuk kelas kecuali Muhamad'. Yang pertama masih membuka peluang yang lain utk masuk. Sedangkan kalimat kedua, tidak membuka peluang sama sekali ada yg masuk selain Muhammd.

  15. Maka, ungkapan 'Tuhan yang kami sembah adalah Allah…' berbeda dengan ungkapan 'Tidak ada tuhan yang disembah selain Allah." Yg pertama masih memberi peluang adanya keyakinan kpd selain Allah… sedangkan yang kedua tdk memberi peluang sama sekali adanya keyakinan pd selain Allah.

  16. Kesimpulan dari pembahasan di atas, makna Laa ilaaha illallah yg singkat namun utuh adalah Laa ma'buuda bihaqqin illallah… Tidak ada yang disembah dengan hak, selain Allah…. atau dpt kita pahami dg makna… hanya Allah yang harus disembah, tidak boleh ada yang lain.

  17. Ada dua kata kunci dalam kalimat ini; Pertama adalah ikhlas. Tahukah anda makna ikhlas? Ikhlas berasal dari kata khalasha; Murni. Dalam bhs Arab dikatakan 'asal khaalish' artinya madu murni.

  18. Maka ikhlas adalah keyakinan yang murni hanya kepada Allah dalm bentuk penuhanan dan penghambaan. Tidak sedikitpun bercampur kepada keyakinan terhadap selain-Nya.

  19. Saya belum melihat adanya aqidah ketuhanan yg menuntut tingkat keikhlasan seperti aqidah Islam.

  20. Kedua adalah Ibadah. Karena tuntunan utama dari kalimat adalah adanya ibadah atau penghambaan. Bukan sekedar pengakuan.

  21. Inilah bedanya jika Laa ilaaha illallah hanya diartikan sebatas ungkapan 'Tiada tuhan elain Allah'.

  22. Tanpa memaknainya dengan benar, bisa jadi kalimat ini hanya dipahami sebagai tuntutan untuk sekedar percaya adanya Allah.

  23. Padahal sekali lagi, yg dituntut dari kalimat ini bukan sekedar mempercayai adanya Allah, tapi lebih dari itu, adalah terwujudnya 'ibadah dan penghambaan' kepada Allah semata, tentu saja setelah meyakini keberadaanNya.

Monday, January 21, 2013

Caper 12-13 # 3 : HEROISME



Saat mudik akhir tahun 2012 ke Probolinggo, Jawa Timur, alhamdulillah bisa silaturahim kembali dengan beberapa kawan dan mendengar kisah-kisah yang luar biasa. Di mana-mana kisah aktivis dakwah memang luar biasa. Sungguh beruntung saya bisa kenal dan bersahabat dengan mereka. Minimal dapat semangatnya. Ibarat dekat dengan penjual parfum, kita ikut dapat wanginya. Beberapa profil di bawah ini adalah profil kawan saya yang di Lumajang, sebuah kota tetangga dengan Probolinggo. Tempat saya pernah tinggal 1,5 tahun lamanya.


Relawan berputra 11 (insya Allah akan 12)

Ia masih muda, mungkin hanya dua tahun di atas saya, 42 tahunan. Tapi kiprah sosialnya luar biasa. Ia tenaga kesehatan yang jadi andalan kawan-kawan Lumajang kalau ada bencana dan baksos. Dalam darahnya seperti sudah mengalir jiwa relawan kemanusiaan. Ia memang relawan andalan PKPU Lumajang. Jiwa kemanusiaannya, saya yakin itu berangkat dari keyakinan, tawakal dan optimismenya. Ini terasa kalau kita melihat wajahnya. Saya kadang menyebutnya dengan easy going.  Tapi bukan bermakna seenaknya. Tapi menganggap apapun masalah duniawi dengan ringan. Wajahnya selalu tenang dan tersenyum. Hanif dan sedikitpun tidak terlihat ambisi tertentu. Bahasanya santun dan dikenal dermawan. 

Saat saya ke Lumajang yang berselang 1 jam perjalanan dari Probolinggo itu, sayangnya tidak sempat bertemu karena momen tidak pas. Ke Lumajang sudah malam dan keadaan hujan lebat. Hanya bertemu beberapa gelintir kawan yang akan pengajian di Islamic Center Tukum, Lumajang. Pada malam sebelumnya ada yang ceritakan tentang perkembangan terbaru Mas Karim, begitu namanya biasa disebut, oleh Mas Sumitro waktu silaturahim ke rumah di Paiton, Probolinggo.Jadi saya hanya dengar ceritanya saja. Tapi, insya Allah shahih.  

Isteri Mas Karim sedang hamil ke 12. Saya kaget koq bisa cepat begitu? Ternyata saat hamil ke delapan Allah karuniakan bayi kembar tiga. Sehingga langsung berjumlah sepuluh. Kemudian lahir lagi satu. Dan sekarang sedang hamil yang ke 12. Jadi, kalau di Jakarta ada Mas Tamim, Ustadzah Yoyoh (almarhumah). Dr Mardani yang berputra banyak. Di Karawang ada Ustadz Iman Santoso, Bu Maryanah dan Ustadz Ara. Nah, di Lumajang ada Mas Karim . Ternyata benar bukan? heroisme itu benar-benar ada, dan ada dimana-mana.


Yang Sepuh Yang Super Semangat

Usia 65 tahunan biasanya waktunya istirahat. Tapi Pak Slamet lain. Semangatnya telah membuat kawan-kawan aktivis dakwah yang masih muda pada keder. Bagaimana tidak? Di Usia sepuh iu, ia masih sempat kuliah S1 jurusan Bahasa Inggris. Masih sanggup ikut longmarsch 30 km. Tiap hari olah raga jogging. Kalau muhkoyam (camping kepanduan PKS) pasti yang terdepan dan paling bersemangat. Kini ia bahkan jadi standar kedispilinan dalam hal menghadiri  acara. Hampir pasti, lima menit sebelum waktu mulai acara sebagaimana yang diinformasikan, ia sudah hadir di tempat.

Kalau saya nekad nyopir sendiri Karawang Probolinggo seperti touring terakhir ini, salah satunya terinspirasi dari Pak Slamet ini. Ia suka touring berdua bareng istrinya yang asal Bogor. PP Lumajang-Bogor naik sedan tua Peugeot. Saya pikir beliau yang sudah sepuh saja begitu berani menempuh jarak jauh, kenapa saya tidak?

Terakhir, yang paling fenomenal adalah saat ia mewakafkan separuh hartanya untuk dakwah. Tanah dua hektar di dua lokasi amat strategis. Masing-masing satu hektar.  Saat akan menandatangi akte wakaf, saudaranya yang jadi saksi sempat mengingatkan “apa nggak dipikirkan lagi, Mas? Anak-anak kan ada yang masih kuliah, nanti biayanya dari mana?”. Malah dijawab” Kamu nggak usah ikut mikir, justru ini harta saya nanti di akhirat. Kalau yg lain mah belum tentu jadi milik saya di sana!”. Rencananya, di lokasi wakaf akan dibangun markaz dakwah dan sekolah.


Pengusaha Yang always Silaturahim

Sebelum jadi anggota legislatif dari PKS periode 2009-2014, kerjaan Mas Husnul Khuluq ini “hanya” silaturahim. Setiap hari ia hampir bisa dipastikan keliling. Nyambangi orang-orang. Memang ia sengajakan. Bukan sambil lalu. Kalau sudah niat mengunjungi seseorang, ia akan upayakan betul. Seperti ke rumah saya yang di Karawang, bahkan ia sudah pernah dua kali sengaja mampir. Saya baru membalasnya satu kali doang. 

Kang Husnul memang enterpreneur  sejak muda. Begitu lulus dari Universitas Ibnu Khaldun, Bogor , ia dimodali taksi oleh orang tuanya. Taksi itu kemudian ia jual buat berangkat haji. Berangkat hajinya karena “terpaksa” setelah mendapat tausiyah singkat dari Ustadz Didin Hafidhuddin yang kebetulan jadi penumpang dan sempat ngobrol sebentar. Saat ngobrol itulah ia diberi motivasi untuk segera ke tanah suci. Iapun berangkat bermodal hasil menjual mobilnya.

Pulang dari Haji, ia pulang kampung ke Lumajang. Mencoba berbagai jenis usaha. Usaha awalnya adalah membuat daging bakso. Kemudian jual beli mobil dan motor bekas. Usahanya makin berkembang ke mana-mana. Sekarang ia buka usaha ternak ayam dengan pola kemitraan, setelah sebelumnya buka usaha bengkel dan angkutan barang. Ia memang sudah punya truk.  Ia dikenal hampir semua orang di daerah pasar Klakah, Lumajang. Ia biasa dipanggil Haji Husnul. 

Semangat silaturahim bila dibarengi  enterpreneurnship memang berefek amat dahsyat. Saat pemilu legislatif 2009, walaupun kader PKS masih sedikit di dapilnya, namun ketokohannya menutupi kekurangan itu, dan (bi-idznillah) menjadikan ia terpilih jadi aleg dari dapilnya. Begitu ia terpilih, sebuah mobil tangki air bersih berlogo “PKS Pasti Pas!” ia sumbangkan khusus untuk kebutuhan suplai air saat musim kering. Maka, saat kemarau mobil tanki itu hilir mudik ke berbagai pelosok yang kering untuk menyuplai air bersih.

Waktu saya silaturahim ke rumahnya, ia sudah ditunggu  dua tamu dari pelosok desa lereng gunung. Ternyata mereka petani binaan. Petani Alpukat jenis mentega yang difasilitasi hingga pemasaran ke Jakarta. Saat itu ia baru pulang dari DPD PKS Lumajang menghadiri raker awal tahun. Saat ngobrol saya ditunjukan foto-foto beberapa masjid yang sumbangan dari Hilal Ahmar. Rupanya ia diamanahi koordinator Hilal Ahmar untuk wilayah Lumajang. Tahun 2012 lalu Lumajang kebagian empat lokal masjid.  Tak ketinggalan, di masjid Jami’ yang dekat pasar Klakah itu ia juga dipercaya untuk mengimami shalat. Bacaan qur’annya memang bagus. Benar-benar hidup yang berkah buah silaturahim.


Nah, luar biasa bukan? Dan ini cerita bukan di negeri dongeng, lho. Ini sungguhan!  Kalau tak percaya, silakan saja silaturahim ke yang bersangkutan, he he. 

*bersambung ...

Wednesday, January 16, 2013

Tiga Kematian Yang Menggetarkan




Akhir tahun 2012 lalu saya dan kawan-kawan “seperjuangan” dikejutkan dengan beberapa berita kematian. Walaupun ia adalah keniscayaan, namun kedatangannya yang  sering tak terduga, tetap saja meninggalkan duka dan rasa kehilangan yang mendalam.  

Kematian pertama adalah perginya seorang isteri dari kawan saya, tanggal 7 Desember 2012 lalu. Seorang ibu yang energik, istri dari Kang Samsuri. Bu Darkina yang meraih syahadah (insya Allah) paska melahirkan anak ke lima. Hingga sepekan setelahnya tiba-tiba suasana hati diliputi mendung. Turut berduka untuk Kang Samsuri yang kehilangan separuh jiwanya. Ia memang benar-benar kehilangan. Itu saya lihat dari selera humornya yang biasanya membuat kita terpingkal-pingkal,  hilang seketika ditelan duka.  

Dakwah kembali kehilangan kader terbaiknya. Ustad Jajat, guru saya  bahkan punya kesedihan tersendiri, karenapun Ibunda beliaupun meninggalnya saat melahirkan. Sayapun pernah diberi kesan khusus saat akan berkunjung ke Kuningan, “Akhi, beruntunglah Antum yang masih punya orang tua lengkap yang masih bisa dikunjungi”. 

Yang kedua, adalah DR Arif Hartojo, meninggal 29 Desember 2012 lalu. Setelah mengisi halaqah. Isteriya, Bu Azizah,  adalah sahabat istri saya, waktu SMP dan SMA. Kakak Bu Azizah, H Yasin adalah ustadz dan muroby saya waktu di Probolinggo. Mas Arief Hartojo dan Azizah menikahnya sebelum saya menikah. Selisih tiga bulanan. Saat walimahnya saya turut menghadiri. Turut bantu-bantu bagikan “berkat”. Sempat menyalami Akh Arif. Waktu itu ia masih agak kelimis. 

Saya terakhir melihat DR Arif saat diwawancarai TV One . Sekitar dua tahun lalu. Waktu itu sedang heboh mie Indonesia yang dipermasalahkan di luar negeri (Taiwan dan Hongkong) karena diklaim mengandung  pengawet yang membahayakan. Ia memang pakar teknologi pangan. Saat itu saya sedang di RS Dewi Sri menunggui istri yang masih perawatan paska operasi usus buntu. Istri dikirimi Bu Azizah pesan via SMS , kalau sang suami akan tampil di TVOne. Saat tampil di Tvone itu saya pangling dengan jenggot Akh Arief. Ikhwan banget. Tidak seperti saya yang dibuat tipis. 

Meninggalnya Akh Arief tentu kehilangan besar. Ia salah satu dakwah  yang Doktor. Meninggalnyapun setelah menunaikan amanah dakwah. Maka, kepergiannya menjadi duka  aktivis dakwah di seluruh negeri. Menjadi berita di laman-laman internet, serta tak terhitung status di fesbuk dan cuit di twitter.
Yang ketiga, adalah Bu Robi’atul Adawiyah, meninggal 24 Desember 2012. Lima hari sebelum kepergian Dr Arief. Saat itu saya dikabari oleh kawan satu kamar kontrakan waktu kuliah di STAN dulu yang  menyampaikan kabar duka kalau istri salah satu kawan halaqah dan se kontrakan dulu, Mas Hadidhono,  meninggal saat melahirkan ke sembilan. “innalillahi wainna ilai roji’un”. Saya baru bisa sampaikan rasa berduka itu.  

Pada hari yang sama, di laman PKSPiyungan Ustadz Cahyadi Takariawan  menulis  tentang kematian dua ummahat senior yang “mengejutkan” beliau. Kebetulan beliau sedang jaulah ke Kaltim dan sempat menyalati jenazahnya. Tadinya saya tidak ngeh kalau yang dimaksud di tulisan Ust Cahyadi Takariawan di PKSPiyungan itu salah satunya adalah istri Mas Hadi ini. Karena Pak Cah menyebutnya dengan istri Abu Muhammad.

Kang  Hadidhono ini  saat penempatan paska lulus, ditempatkan di Balikpapan, Kaltim. Sedangkan saya di Probolinggo. Sedangkan teman satu halaqah yang  lainnya ada yang ke Palembang, dan ada yang masih di Jakarta. Mas Hadidhono ini kemudian beristrikan putri seorang tokoh ulama (Ketua MUI Kutai Kertanegara). Akhwat aktivis yang digambarkan oleh Ustadz Cayhadi Takariawan sebagai "Seorang ummahat yang luar biasa tegar, luar biasa berbakti kepada suami, luar biasa aktivitasnya dalam dakwah, luar biasa semangat dalam melaksanakan amanah dari jamaah, dan akhirnya wafat menjadi syahadah". 

Menyimak sepakterjang beliau dari tulisan Kang Hadi dan Pak Cah,  saya lihat beliau setipe dengan Almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh: lincah, semangat, tangguh dan memang ingin mempunyai banyak anak.
Tulisan Akh Hadi di laman fesbuknya membuat air mata saya berderai tak tertahankan. Tulisan yang berisi kesaksian Akh Hadi tentang kemuliaan istrinya yang dimuat di PKSPiyungan itu mendapat komentar banyak sekali. Mereka mengaku menangis setelah membaca tulisan itu. Dari tulisan itu saya bisa melihat ke-da’i-an” Mas hadidhono. Bisa meraba-raba tingginya komitmen beliau. Saya jadi merasa bangga pernah satu kost dengan Mas Hadi yang hebat ini, yang beristri da’iyah yang sama hebatnya.

Satu kematian saudara yang dekat dan dua kematian aktivis dakwah yang menjadi berita seantero negeri. Mengispirasi kita tentang kemuliaan para da’i. Mereka orang-orang hebat di sekitar kita. Bahkan teman dekat kita. Yang terasa kehebatannya ketika mereka pergi. Sama dengan kenikmatan Allah yang terasa ketika dicabut sementara. Keadaan sehat misalnya.

Jiwa lupa dan minim syukur seringkali memunculkan hijab dari perasaan ini. Bahwa saya berteman dengan orang-orang mulia. Da’i-da’i tangguh pembawa misi mulia. Mereka para mujahidin pada zamannya, melanjutkan pendahulunya yang gambarannya kita bisa baca dalam sejarah. Mereka insya Allah para calon ahli surga. Diantaranya berhasil meraih syahadah. Walau tidak karena bom Israel seperti di Palestina, tapi dengan cara lain. Melahirkan misalnya. Bukankah itu sama-sama syahid? Padahal, nikmat sosial apalagi yang lebih besar daripada kebersamaan dengan orang-orang sholeh. Apalagi dapat kesempatan bekerjasama dengan mereka dalam satu shaf? 

Sungguh, hari ini saya masih diberi kesempatan untuk menikmati  amal jamai bersama ikhwah-ikhwah hebat itu. Karenanya saya wajib mensyukurinya dengan memelihara baik sangka, husnudzan dan rasa percaya, tsiqoh. Saling memudahkan langkah. Saling mendo’akan. Saling membantu.  Memberi semangat. Memberi masukan dan solusi. Memberi apresiasi. Saling mensolidkan halaqah pengajiannya.  Saling berbagi ilmu. Sambil mengekspresikan  “ana uhibbukum fillah....!” bahwa “saya mencintai kalian karena Allah”

Dan, cukuplah kematian itu sebagai nasihat bagi kita...

Tuesday, January 15, 2013

Caper 12-13 # 1 : Rute terjauh, Track Tersulit dan Kebersamaan yang Sempurna






Alhamdulillah, akhir tahun 2012 hingga awal 2013 ini saya bisa menikmati lagi suasana kampung halaman kedua : Probolinggo. Mudik libur akhir tahun sekaligus menghadiri pernikahan adik nyonya yang dapat jodoh seorang wartawan Republika asal Jakarta. 

Karena ingin kebersamaan, juga dalam rangka berhemat kembali seisi rumah pindah sementara ke Jawa Timur. Berangkatnya juga bareng-bareng satu mobil. Ditambah seorang keponakan yang mahasiswa IPB, maka ada delapan kepala berjejalan di dalam satu mobil. Untungnya kabin Phanter yang lapang bisa menampung seluruhnya dengan leluasa. Walau masih ditambah seabreg barang bawaan. Mulai dari pakaian, logistik, hingga oleh-oleh. Sayapun berubah profesi sementara : jadi sopir AKAP.

Untuk persiapan, kembali harus membawa si Macan ke bengkel buat tune up. Ban juga diganti karena sudah waktunya. Juga rem. Momen kebetulan begini memang agak melegakan. Saat kondisi prima, saat akan dipake perjalan jauh. Ini juga sebentuk ikhtiar dalam persiapan. Karena kalau terlalu mengikuti kekhawatiran, maka tak akan pernah saya nyetir sendiri menempuh rute 700-an km itu. Pulang-pergi lagi. Apalagi tak ada sopir cadangan. Bagaimana kalau malam-malam di jalur sepi dan jauh dari bengkel tiba-tiba mesin mogok? Bisa kiamat! Tapi saya selalu menancapkan keyakinan dan tawakkal. Kalau kita sudah melakukan prepare yang memadai, serahkan saja pada Allah. Insya Allah hati mantap dan tenang.

Fathia n Nafiza @ Rest Area Tol Palikanci-Cirebon
Rute yang akan ditempuh kali ini adalah jalur Pantura Jawa. Sebelumnya kalau mudik ke Probolinggo selalu lewat jalur tengah. Karena biasanya mampir dulu ke Pondok Gontor Puteri di Mantingan, Ngawi, Jawa timur. Mampir menengok atau sekalian mengikuti agenda adik nyonya yang mondok di sana. Maka saat di Semarang, rute berbelok ke selatan. Melewati Ungaran, Salatiga, Solo, dan Sragen. Kemudian dilanjut melewati Madiun dan Mojokerto hingga Gempol. Di titik ini bertemu kalau kita melewati jalur Pantura lewat Surabaya. 

Agak berbeda dengan sebelumnya yang selalu menyalakan GPS di Nokia E71. Kali ini ingin mengandalkan ingatan. Ingin lebih menghayati jalanan yang dilewati. Saat di Tuban, jalur normal mestinya belok kanan arah Bojonegoro, baru masuk Gresik dan langsung masuk tol Gresik-Surabaya. Karena keasyikan menelusuri jalur utara itu, jalur yang ditempuh malah bablas hingga pantura Gresik. Melewati Paciran hingga bertemu lokasi WBL (Wisata Bahari Lamongan). Jalurnya memang sepi. Tapi terhibur dengan pemandangan indah pesisir pantura Gresik. Sepanjang jalan terlihat hijau. Jadinya ini track terjauh menuju Probolinggo.


Setelah track terjauh, saya juga mengalami track tersulit sepanjang menjalani karir sebagai sopir. Itu saat melewati jalur berkelok menuju Gunung Bromo. Ini saya tempuh setelah tiba di Probolinggo, tepatnya di penghujung 2012, tanggal 31 Desember 2012. Tadinya mau ke air terjun Madakaripura, namun karena cuaca sudah mendung dan biasanya tidak boleh masuk ke area air terjun karena dikhawatirkan ada banjir di hulu, maka saya ubah rute ke Gunung Bromo. Saya berfikir rutenya tidak terlalu sulit, karena memang pernah ke sana dua kali. Namun waktu itu terasa nyaman-nyaman saja, karena statusnya sebagai penumpang. Capek sedikit tinggal merem. Padahal ternyata jalur berkeloknya sangat tajam. Saat pegang setir terasa sekali suasana menegangkannya. Apalagi di belakang ada tujuh anak. Empat anak sendiri dan tiga keponakan. Perasaan juga koq tidak nyampe-nyampe. Padahal sudah puluhan kelokan dilewati. Jumlahnya saya tak tahu persis. Gak sempat hitung jumlah kelokan. Yang jelas mah banyak sekali.

Imad @ Mount Bromo, 31 Des 2012

Kalau saat naik cuaca cerah, sehingga seluruh pemandangan kiri-kanan bisa terlihat indah dan eksotiknya. Nah saat turun gunung, tantangannya berbeda. Saat itu hujan turun dan kabut turun. Pandangan hanya berjarak lima meter saja. Maka rute turun dan berkelok saya tempuh dengan perlahan-lahan. Mengandalkan gigi persneling 1 dan 2, serta rem yang pakem.

Satu hal yang saya rasakan dari perjalanan jauh itu adalah  kebersamaan yang terasa begitu sempurna. Walaupun semua anggota keluarga ada di rumah setiap hari, kumpul ngariung, namun seringnya aplusan. Ada yang datang ada yang pergi. Ada kesempatan ngariung sebentar saat menjelang tidur, tapi hanya sebentar. Inilah saat seluruh anggota keluarga ada dalam satu ruangan kabin. Jarak pulang pergi masing-masing 700 km dan ditempuh rata-rata 24 jam itu benar-benar memunculkan kebersamaan yang terasa dan dirindukan. Ini terasa saat sudah pulang ke Karawang dan berkendara di dalam kota yang sebentar saja. Rasanya ingin lagi tour jarak jauh.


Saya pun merasa benar jadi pemimpin seutuhnya. Karena sepanjang perjalanan saya yang nyopir, saya seperti dititipi enam nyawa, tujuh dengan punya sendiri. Tidak boleh lengah dan ceroboh. Lengah sedikit, bisa menyebabkan kecelakaan fatal. Karena di jalan raya, di tengah arus kendaraan yang saling berpacu. Segala kemungkinan bisa terjadi.  Kalaupun kita sudah hati-hati, belum tentu kendaraan lain juga hati-hati. Di saat seperti itu terasa betul kalau hidup kita ada di tangan-Nya. Perjalanan seperti ini memang menjadi sangat spiritual. Terasa sekali kedekatan dengan Sang Pemilik Nyawa. Karena jangan heran kalau do’a orang yang safar adalah salah satu do’a yang makbul.

#bersambung




KELUARGA : DARI KETAHANAN MENUJU PERADABAN

  Mengapa pembicaraan publik tentang wacana keluarga selalu bernuansa pesimis dan defensif, sehingga istilah yang muncul adalah 'ketahan...