Backpacker Junior |
Kamis, 16 Pebruari 2012
“Bi, besok jadi ya ngisi teman-teman Karima?” Si Teteh
tiba-tiba bertanya penuh harap. Seperti ada yang dicemaskan.
“Kenapa harus Abi,
Teh? Memang yang lain nggak pada bisa?” saya balik tanya.
“Yang lain pada nggak bisa, Bi. Abi saja ya?” si Teteh
kembali membujuk sambil merajuk khas abege.
“Terus, Abi ngisi
apa?” Saya tanya
lagi.
“Abi ngarahkan saja teman-teman Karima biar aktif lagi,
soalnya lama nggak ada kegiatan”, jawab Si Teteh lagi.
Hmm, sejak kapan si Teteh jadi aktif di
Karima (Keluarga
Remaja Masjid) Blok T Perumnas ya?
Koq jadi peduli begitu? Tapi, di sisi lain saya bersyukur. Artinya sudah ada semangat berorganisasi.
Sorenya, saya berpapasan di jalan saat Si Teteh naik motor bareng Puput (temannya di
SMP Amani) ke ruko Perumnas.
"Mau beli konsumsi buat nanti
malam" katanya saat ditanya.
"Uangnya dari mana?" tanya saya.
"Dari uang Teteh donk" jawabnya.
Alhamdulillah, si Teteh sudah mulai mengenal infaq buat
dakwah.
Saya coba mengingat, tahun lalu Karima pernah mengadakan acara Sanlat (pesantren Kilat) di Jatiluhur. Pematerinya:
saya, Bro Ridwan dan Kang Iyon Syamsudin. Anak-anak sangat terkesan dengan acara itu. Juga para
orang tua yang ikut berangkat. Setelah acara terbentuk satu
halaqah remaja dalam rangka
kaderisasi. Kang
Iyon yang jadi mentornya. Nah, si Teteh ikut pada acara itu. Ikut menemani nangis saat sesi muhasabah oleh Kang Iyon. Rupanya dari situ Si teteh sudah merasa in-grup dengan Karima.
Setelah bertemu
di jalan Kamis sore itu, malamnya, anak-anak
Karima itu
ramai-ramai ngaji di rumah. Setelah bareng-bareng baca surah Yasin (ternyata
asyik lho mengaji bareng anak-anak itu) saya ngasih materi. Nggak perlu yang berat-berat, malah saya
langsung nanya “saya mau ngisi apa?” akhirnya langsung jadi sesi tanya jawab.
Pembicaraan selanjutnya adalah minta bantuannya buat menggairahkan kembali
Karima yang agak lama fakum. Mereka ingin kegiatannya nggak melulu pengajian. Akhirnya
disepakati kalau pertemuan pekan depan membahas progran Karima untuk enam bulan
ke depan.
Ada yang menarik, empat anak SMP Amani : Fathiya,dan Puput
(kelas 1 SMP), Ita (Kelas 2) dan Wulan (alumnus pertama) hadir semua di situ.
Bergabung dengan dalam aktifitas di
Karima. Si
Teteh sudah mulai jadi aktifis.
Dalam benak saya jadi ada pemikiran begini : Kenapa aktifitas dakwah dan kerohanian di kalangan remaja tidak begitu semarak ya? Kalah sama “dakwah”nya para pemusik, artis, sinetron, idol? Di sini saya punya satu teori : karena tidak adanya “motor” dakwah di kalangan mereka.
Dalam benak saya jadi ada pemikiran begini : Kenapa aktifitas dakwah dan kerohanian di kalangan remaja tidak begitu semarak ya? Kalah sama “dakwah”nya para pemusik, artis, sinetron, idol? Di sini saya punya satu teori : karena tidak adanya “motor” dakwah di kalangan mereka.
Lalu siapa yang jadi motornya?
Kalau dakwah di sekolah, motornya ya anak-anak pelajar. Kalau dakwah di remaja masjid, motornya ya anak-anak remaja. Tidak bisa kita mengandalkan mahasiswa untuk dakwah di kalangan pelajar. Tidak bisa mengandalkan orang tua untuk berdakwah di kalangan remaja. Kalaupun ada keberadaan mereka hanya pendukung. Baik sebagai pembimbing, maupun pemateri. Sedangkan motornya, sekali-lagi adalah anak-anak pelajar itu sendiri. Ini sesuai dengan isyarat di Al Jumu’ah ayat 2 : “Dialah yang telah mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri.....”
Kalau dakwah di sekolah, motornya ya anak-anak pelajar. Kalau dakwah di remaja masjid, motornya ya anak-anak remaja. Tidak bisa kita mengandalkan mahasiswa untuk dakwah di kalangan pelajar. Tidak bisa mengandalkan orang tua untuk berdakwah di kalangan remaja. Kalaupun ada keberadaan mereka hanya pendukung. Baik sebagai pembimbing, maupun pemateri. Sedangkan motornya, sekali-lagi adalah anak-anak pelajar itu sendiri. Ini sesuai dengan isyarat di Al Jumu’ah ayat 2 : “Dialah yang telah mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri.....”
Disamping sesuai isyarat Al Qur’an di atas. Juga secara
psikologi sosial, yang memahami suatu kaum adalah dari kalangan mereka
sendiri. Pandangan kita waktu pelajar dulu tidak akan sama dengan pandangan
anak-anak kita sekarang. Juga lingkungan yang mengelilinginya. Dulu belum ada fesbuk, sekarang anak-anak dah nggak bisa
lepas dari itu, bukan? Disamping itu agar proses dakwah berjalan secara alamiah. Sesuai zaman dan bahasanya.
Apakah tidak terlalu dini anak-anak kita jadi
aktifis?
Kalau melihat sejarah, anak-anak jaman Nabi sudah terkondisi jadi pejuang bahkan terobsesi syahid. Nabi Ismail mampu menerjemahkan isyarat ilahiyah tentang ketaatan dan berkurban dengan luar biasa. Saat masih abege Muhamad Al Fatih, karakter pejuangnya sudah kuat, hingga menaklukan konstantinopel pada usia 21 tahun. Nah, bagaimana dengan anak-anak kita yang sudah abege apakah sudah mulai terkondisi jadi pejuang ? Tak sekedar peduli dengan agenda untuk kepentingan diri sendiri?
Kalau melihat sejarah, anak-anak jaman Nabi sudah terkondisi jadi pejuang bahkan terobsesi syahid. Nabi Ismail mampu menerjemahkan isyarat ilahiyah tentang ketaatan dan berkurban dengan luar biasa. Saat masih abege Muhamad Al Fatih, karakter pejuangnya sudah kuat, hingga menaklukan konstantinopel pada usia 21 tahun. Nah, bagaimana dengan anak-anak kita yang sudah abege apakah sudah mulai terkondisi jadi pejuang ? Tak sekedar peduli dengan agenda untuk kepentingan diri sendiri?
Desember 2012
Si Teteh kini
sudah kelas 2 SMP. Kegiatan di Karima tetap ikut. Hanya dengan beberapa
catatan kalau kegiatan malam harus dibatasi. Etika pergaulan dengan lawan jenis
juga harus dijaga. Karena Si Virus "Merah Jambu" sudah mulai datang menyapa. Kegiatan sekolah juga sudah cukup banyak dan variatif.
Tidak melulu kognitif. Acara outing-classnya bagus. Khas sekolah alam. Acara backpacking-nya bahkan sudah sampai Jogjakarta. Live-in dan Camping membuat pengalamannya di usia segitu menjadi kaya warna. Sedangkan posisi di OSAKA (Osis-nya Sekolah Alam Karawang) jadi wakil ketua. Sedang jiwa estetikanya mulai terasah lewat SAKA Band.
Walaupun sudah mulai aktif di organisasi dan kegiatan dakwah, sebagai ortu saya masih saja merasa galau: sudah tepatkan langkah saya di atas sehingga anak-anak kelak benar-benar jadi aktifis dakwah yang tangguh? yang menebarkan kebaikan bagi sesama dan rahmat bagi semesta?
Akhirnya, saya hanya bisa berdo'a : Ya Allah bimbinglah hamba-Mu untuk jadi orang tua yang amanah. Jadikanlah anak-anak kami penyejuk mata, dan jadikan mereka pemimpin orang-orang bertaqwa...aamiin.
Walaupun sudah mulai aktif di organisasi dan kegiatan dakwah, sebagai ortu saya masih saja merasa galau: sudah tepatkan langkah saya di atas sehingga anak-anak kelak benar-benar jadi aktifis dakwah yang tangguh? yang menebarkan kebaikan bagi sesama dan rahmat bagi semesta?
Akhirnya, saya hanya bisa berdo'a : Ya Allah bimbinglah hamba-Mu untuk jadi orang tua yang amanah. Jadikanlah anak-anak kami penyejuk mata, dan jadikan mereka pemimpin orang-orang bertaqwa...aamiin.
Karawang, 7 Desember 2012
No comments:
Post a Comment